LAPORAN
PENDAHULUAN
PADA
PASIEN DENGAN TUMOR ABDOMEN
A. KONSEP MEDIS
1.
Pengertian
a.Tumor adalah : merupakan kumpulan sel abdormal yang
terbentuk oleh sel-sel yang
tumbuh terus mennerus, tidak terbatas, tidak
terkoordinasi dengan jaringan
disekitarnya serta tidak berguna bagi tubuh. (Kusuma,
Budi 2001)
b. Tumor adalah : benjolan yang disebabkan oleh
pertumbuhan sel dengan pertumbuhan
yang terbatas dan lonjong. (E. Oswari, 2000)
c. Tumor adalah : massa padat besar, meninggi dan berukuran lebih dari 2 cm.
( Carwin,
Elizabeth.J. 2000)
d. Tumor abdomen : merupakan massa yang padat dengan
ketebalan yang berbeda-beda,
yang disebabkan oleh sel
tubuh yang mengalami transformasi
dan tumbuh secara
autonom lepas dari kendali pertumbuhan sel normal,
sehingga sel tersebut berbeda
dari sel normal dalam bentuk dan strukturnya. Secara
patologi kelainan ini mudah
terkelupas dan dapat meluas ke retroperitonium, dapat
terjadi obstruksi ureter atau
vena kava inferior. Massa jaringan fibrosis mengelilingi
dan menentukan struktur
yang di bungkusnya tetapi tidak menginvasinya.
2.
Etiologi
Penyebab terjadinya tumor karena terjadinya pembelahan
sel yang abnormal.
Pembedaan sel tumor tergantung dari besarnya penyimpangan
dalam bentuk dan fungsi
aotonomnya dalam pertumbuhan, kemampuanya mengadakan
infiltrasi dan menyebabkan
metastasis.
Ada beberapa factor yang dapat menyebabkan terjadinya
tumor antara lain:
1) Karsinogen
2) Hormone
3) Gaya hidup, kelebihan nutrisi khususnya lemak dan
kebiasaan makan makanan yang
kurang berserat.
4) Parasit : parasit schistososma hematobin yang
mengakibatkan karsinoma
planoseluler.
5) Genetic6) Infeksi, trauma, hipersensitivitas terhadap
obet-obatan.
Insiden
Tumor adalah penyakit kedua setelah penyakit
kardiovaskuler yang menyebabkan
kematian utama di Amerika Serikat. Lebih dari 496.000
orang Amerika meninggal akibat
proses maligna, setiap tahunnya. Memperlihatkan
frekuensinya, penyebab kematian
akibat tumor di Amerika Serikat meliputi kanker paru,
prostate, dan area kolorektal pada
pria dan pada tumor paru, payudara, dan area kolorektal
pada wanita.(Smelstzer, Suzanne
C.2001)
3.
Patofisiologi
Tumor adalah proses penyakit yang bermula ketika sel
abnormal di ubah oleh mutasi
ganetic dari DNA seluler, sel abnormal ini membentuk
kolon dan berpopliferasi secar
abnormal, mengabaikan sinyal mengatur pertumbuhan dalam
lingkungan sekitar sel
tersebut.
Sel-sel neoplasma mandapat energi terutama dari anaerob
karena
kemampuan sel untuk oksidasi berkurang, meskipun
mempunyai enzim yang lengkap
untuk oksidasi.
Susunan enzim sel uniform sehingga lebih mengutamakan
berkembang biak yang
membutuhkan energi unruk anabolisme daripada untuk
berfungsi yang menghasilkan
energi dengan jalan katabolisme.
Jaringan yang tumbuh memerlukan bahan-bahan untuk
membentuk protioplasma
dan energi, antara lain asam amino. Sel-sel neoplasma
dapat mengalahkan sel-sel normal dalam
mendapatkan bahan-bahan tersebut.(Kusuma, Budi drg. 2001).
Ketika dicapai suatu tahap dimana sel mendapatkan
ciri-ciri invasi, dan terjadi
perubahan pada jaringan sekitarnya. Sel-sel tersebut
menginfiltrasi jaringan sekitar dan
memperoleh akses ke limfe dan pembuluh-pembuluh darah,
melalui pembuluh darah
tersebut sel-sel dapat terbawa ke area lain dalam tubuh
untuk membentuk metastase
(penyebaran tumor) pada bagian tubuh yang lain.
Meskipun penyakit ini
dapat diuraikan secara umum seperti yang telah digunakan,
namun tumor bukan suatu penyakit tunggal dengan penyebab
tunggal : tetapi lebih
kepada suatu kelompok penyakit yang jelas denagn
penyebab, metastase, pengobatan dan prognosa yang berbeda.(Smelstzer, Suzanne
C.2001).
4.
Tanda dan gejala
1) Hiperplasia
2) Konsistensi tumor umumnya padat atau keras
3) Tumor epital biasanya mengandung sedikit jaringan ikat
dan apabila berasal dari
masenkim yang banyak mengandung jaringan ikat maka akan
elastic kenyal atau
lunak.
4) Kadang tampak hipervaskulari disekitar tumor.
5) Biasa terjadi pengerutan dam mengalami retraksi.
6) Edema disekitar tumor disebabkan infiltrasi kepembuluh
limfe.
7) Nyeri
8) Anoreksia, mual, muntah.
9) Penurunan berat badan.
5. Pemeriksaan Diagnostik
Prosedur diagnostik yang biasa dilakukan dalam
mengevaluasi malignansi meliputi :
1) Marker tumor
Substansi yang ditemukan dalam darah atau cairan tubuh
lain yang tumor atau oleh
tubuh dalam berespon terhadap tumor.
2) Pencitraan resonansi magnetic (MRI)
Penggunaan medan magnet dan sinyal frekuensi_radio untuk
menghasilkan
gambaran berbagai struktur tubuh.
3) CT Scan
Menggunakan pancaran sinar sempit sinar-X untuk memindai
susunan lapisan
jaringan untuk memberikan pandangan potongan melintang.
4) Flouroskopi
Menggunakan sinar-X yang memperlihatkan perbedaan
ketebalan antar jaringan;
dap[at ,mencakup penggunaan bahan kontras.
5) Ultrasound
Echo dari gelombang bunyi
berfrekuensi tinggi direkam pada layer penerima,
digunkan untuk mengkaji jaringan yang dalam di dalam
tubuh.
6) EndoskopiMemvisualkan langsung rongga tubuh atau
saluran dengan memasukan suatu ke
dalam rongga tubuh atau ostium tubuh; memungkinkan
dilakukannya biopsy
jaringan, aspirasi dan eksisi tumor yang kecil.
7) Pencitraan kedokteran nuklir
Menggunakan suntikan intravena atau menelan bahan
radiosisotope yang diikuti
dengan pencitraan
yang menjadi tempat berkumpulnya radioisotope.(Smeltzer,
Suzanne C.2001).
7.
Penatalaksanaan medis
1) Pembedahan
Pembedahan adalah modalitas penanganan utama, biasanya
gasterektoni
subtotal atau total, dan digunakan untuk baik pengobatan
maupun paliasi.
Pasien dengan tumor lambung tanpa biopsy dan tidak ada
bukti matastatis
jauh harus menjalani laparotomi eksplorasi atau seliatomi
untuk menentukan apakah
pasien harus menjalani prosedur kuratif atau paliatif.
Komplikasi yang berkaitan
dengan tindakan adalah injeksi, perdarahan, ileus, dan
kebocoran
anastomoisis.(Smeltzer, Suzanne C. 2001)
2) Radioterapi
Penggunaaan partikel energy tinggi untuk menghancurkan
sel-sel dalam
pengobatan tumor dapat menyebabkan perubahan pada DNA dan
RNA sel tumor.
Bentuk energy yang digunakan pada radioterapi adalah
ionisasi radiasi yaitu energy
tertinggi dalam spektrum elektromagnetik.
3) Kemoterapi
Kemoterapi sekarang telah digunakan sebagai terapi
tambahan untuk reseksi
tumor, untuk tumor lambung tingkat tinggi lanjutan dan
pada kombinasi dengan
terapi radiasi dengan melawan sel dalam proses
pembelahan, tumor dengan fraksi
pembelahan yang tinggi ditangani lebih efektif dengan
kemoterapi.
4) Bioterapi
Terapi biologis atau bioterapi sebagai modalitas
pengobatan keempat untuk
kanker dengan menstimulasi system imun(biologic response
modifiers/BRM) berupa
antibody monoclonal, vaksin, factor stimulasi koloni,
interferon,
interleukin.(Danielle Gale. 2000).
8.
Komplikasi
Komplikasi yang berkaitan
dengan tindakan adalah perdarahan, ileus, dan kebocoran
anastomoisis.(Smeltzer, Suzanne C. 2001
KONSEP
ASUHAN KEPERAWATAN
PADA PASIEN
DENGAN TUMOR ABDOMEN
1. Pengkajian
Pengkajian
merupakan tahap awal dan merupak dasar proses keperawatan
diperlukan pengkajian yang cermat untuk mengenal masalah
klien agar dapat
memberikan rah kepada tindakan keperawatan.
Keberhasilan keperawatan sanagat tergantung kepada
kecermatan dan ketelitian
dalam pengkajian. Tahap pengkajian ini terdiri dari empat
komponen antara lain :
pengelompokan data, analisa data, perumusan diagnosa
keperawatan.
Data dasar pengkajian klien :
a. Aktivitas istirahat
Gejala : kelemahan dan keletihan
b. Sirkulasi
Gejala : palpitasi, nyeri, dada pada pengarahan kerja.
Kebiasaan : perubahan pada TD
c. Integritas ego
Gejala : alopesia, lesi cacat pembedahan
Tanda : menyangkal, menarik diri dan marah
d. Eliminasi
Gejala : perubahan pada pola defekasi misalnya : darah
pada feces, nyeri pada
defekasi. Perubahan eliminasi urunarius misalnya nyeri
atau ras terbakar pada saat
berkemih, hematuria, sering berkemih.
Tanda : perubahan pada bising usus, distensi abdomen.
e. Makanan/cairan
Gejala : kebiasaan diet buruk ( rendah serat, tinggi
lemak, aditif bahan pengawet).
Anoreksisa, mual/muntah.
Intoleransi makanan
Perubahan pada berat badan; penurunan berat badan hebat,
berkuranganya massa
otot.Tanda : perubahan pada kelembapan/tugor kulit,
edema.
f. Neurosensori
Gejala : pusing, sinkope.
g. Nyeri/kenyamanan
Gejala : tidak ada nyeri atau derajat bervariasi misalnya
ketidaknyamanan ringan
sampai berat (dihubungkan dengan proses penyakit)
h. Pernafasan
Gejala : merokok(tembakau, mariyuana, hidup dengan
sesoramh yang merokok.)
Pemajanan asbes.
i. Keamanan
Gejala : pemajanan
bahan kimia toksik. Karsinogen
Pemajanan matahari lama/berlebihan.
Tanda : demam, ruam kulit, ulserasi.
j. Seksualitas
Gejala : masalah seksualitas misalnya dampak pada
hubungan perubahan pada
tingkat kepuasan.
Nuligravida lebih besar dari usia 30 tahun
Multigravida, pasangan seks miltifel, aktivitas seksual
dini.
k. Interaksi sosial
Gejala : ketidakadekuatan/kelemahan sotem pendikung.
Riwayat perkawinan (berkenaan dengan kepuasan di rumah
dukungan, atau
bantuan).
2. Diagnosa Keperawatan
Penentuan diagnosa keperawatan harus berdasarkan analisa
data dari hasil
pengkajian, maka diagnosa keperawatan yang ditemukan di
kelompokkan menjadi
diagnosa aktual, potensial dan kemungkinan. (Budianna
Keliat, 1994,1)
Beberapa diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada
pasien dengan tumor
abdomen antara lain :
Pre operasi
a) Ansietas b/d perubahan status kesehatan.
b) Nyeri (akut) b/d proses penyakit
c) Resiko tinggi terhadap diare
d) Kurang pengetahuan mengenai prognisis dan kebutuhan
pengobatan.Post operasi
a) Resiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan
berhubungan dengan tindakan
pembedahan.
b) Nyeri berhubungan dengan terputusnya kontinuitas
jaringan akibat tindakan operasi.
c) Resiko infeksi berhubungan dengan adanya luka operasi.
d) Gangguan pemenuhan nutrisi berhubungan dengan intake
yang tidak adekuat.
e) Kerusakan intregitas kulit/jaringan berhubungan dengan
insisi bedah.
3. Perencanaan
Setelah merumuskan diagnosa keperawatan, dibuat rencana
tindakan untuk
mengurangi, menghilangkan dan mencegah masalah
klien.(Budianna Keliat, 1994, 16)
Pre operasi
a. Ansietas/cemas berhubungan dengan perubahan status
kesehatan.
Kemungkinan dibuktikan oleh: peningkatan ketegangan, gelisah,
mengekspresikan
masalah mengenai perubahan dalam kejadian hidup.
Hasil yang diharapkan :
a) Menunjukkan rentang yang tepat dari perasaan dan
berkurangnya rasa takut
b) Tampak rileks dan melaporkan ansietas berkurang pada
tingkat dapat diatasi.
c) Mendemonstrasikan penggunaan mekanisme koping efektif
dan partisipasi
aktif dalam pengaturan obat.
Intervensi Rasional
1) Dorong klien untuk
mengungkapkan pikiran dan
perasaan.
2) Berikan lingkungan terbuka dimana
klien merasa aman untuk
mendiskusikan perasaannya.
3) Pertahankan kontak sesering
mungkin dengan klien.
1) Memberikan kesempatan untuk
memeriksa takut realistis serta
kesalahan konsep tentang
diagnosis.
2) Membantu klien untuk merasa
diterima pada adanya kondisi tanpa
perasaan dihakimi dan
meningkatkan rasa terhormat.
3) Memberikan keyakinan bahwa
klien tidak sendiri atau ditolak.4) Bantu klien/keluarga
dalam
mengenali dan mengklasifikasikan
rasa takut untuk memulai
mengembangkan strategi koping.
5) Berikan informasi yang akurat
4) Dukungan dan konseling sesering
diperlukan untuk memungkinkan
individu mengenal dan
menghadapi rasa takut.
5) Dapat menurunkan ansietas
b. Nyeri berhubungan dengan proses penyakit.
Kemungkinan dibuktikan oleh: keluhan nyeri, respon
autonomic gelisah, perilaku
berhati-hati
Hasil yang diharapkan :
a) Melaporkan nyeri yang dirasakan menurun atau
menghilang
b) Mengikuti aturan farmakologis yang ditentukan
a. Resiko tinggi terhadap diare b/d koping yang tidak
adekuat
Tujuan :
mempertahankan pola defekasi umum.
Intervensi Rasional
1) Tentukan riwayat nyeri
misalnya lokasi, durasi dan
skala.
2) Berikan tindakan kenyaman
dasar misal: massage punggung
dan aktivitas hiburan misalnya
music.
3) Dorong penggunaan
keterampilan penggunaan
keterampilan manajement nyeri
misalnya relaksasi napas dalam.
4) Kolaborasi pemberian
analgetik sesuai indikasi.
1) Informasi memberikan data
dasar untuk mengevaluasi
kebutuhan / keefektifan
intervensi.
2) Dapat meningkatkan relaksasi
3) Memungkinkan klien untuk
berpartisipasi secara aktif dalam
meningkatkan rasa control.
4) Analgetik dapat menghambat
stimulus nyeri.Intervensi Rasional
1) Kaji tingkat usus dan pantau/
catat gerakan usus termasuk
frekuensi konsistensi.
2) Dorong masukan cairan
adekuat(2000ml/jam)dan
peningkatan.
3) Berikan makan sedikit tapi sering
dengan makanan rendah serat (
bila tidak dikontraindikasi) dan
mempertahankan kebutuhan
protein karbohidrat.
4) Pastikan diet yang tepat hindari
makanan tinggi lemak.
5) Pantau pemeriksaan laboratorium
sesuai indikasi.
6) Pelunak feces, laksatif, enema
sesuai indikasi.
1) Mengidentifikasi masalah
misalnya misalnya diare,
konstipasi.
2) Dapat menurunkan potensial
terhadap konstipasi dengan
memperbaiki konsistensi feces
dan merangsang peristaltic;
dapat mencegah dehidrasi.
3) Menurunkan iritasi gaster,
penggunaan makanan rendah
serat dapat menurunkan
iritabilitas dan memberikan
istirahat pada usus bila ada
diare.
4) Stimulasi GI yang dapat
meningkatkan
motilitas/frekuensi defekasi.
5) Ketidakseimbangan elektrolit
mungkin akibat dari/pemberat
untuk mengubah fungsi GI.
6) Penggunaan prolaktif mencegah
koplikasi lanjut pada klien.
d. Kurang pengetahuan b/d kurangnya informasi
Tujuan : dapat mengungkapkan informasi akurat tentang
diagnose dan aturan
pengobatan.
Intervensi Rasional1) Tinjau ulang dengan
klien/orang tedekat pemahaman
diagnose khusus, alternative
pengobatan dan sifat harapan.
2) Tentukan persepsi klien
tentang kanker dan pengobatan
kanker.
3) Berikan informasi akurat dan
jelas dalam cara yang nyata
tetapi sensitive.
4) Tinjau ulang aturan
pengobatan khusus dan
penggunaan obat yang dijual
bebas.
5) Tinjau ulang dengan
klien/orang terdekat pentingnya
mempertahankan status nutrisi
optimal.
6) Anjurkan meningkatkan
masukan cairan dan serta dalam
diet serta latihan teratur.
1) Memvalidasi tingkat
pemahaman saat ini
mengidentifikasi kebutuhan
belajar dan memberiakan dasar
pengobatan dimana klien
membuat keputusan
berdasarkan informasi.
2) Membantu identifiokasi ide
,sikap, rasa takut, kesalahan
konsepsi, dan kesenjanagan
pengetahaun tentang kanker.
3) Membantu penilaian diagnose
kanker, memberikan informasi
yang diperlukan selama waktu
menyerapnya.
4) Meningkatkan kemampuan
untuk mengatur perwatan diri
dan menghindari potensial,
komplikasi, reaksi/interaksi
obat.
5) Meningkatkan kesejateraan,
memudahkan pemulihan dan
memumgkinkan klien
mentoleransi pengobatan.
6) Meperbaiki konsistensi feces
dan merangsang peristaltic.Post operasi
a. Resiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan
berhubungan dengan tindakan
pembedahan.
Tujuan : Mempertahankan volume cairan adekuat denga
membrane mukosa
lembab, turgor kulit dan pengisian kapiler baik tanda
vital stabil dan
haluaran urien adekuat.
Intervensi Rasional
1. Pantau tanda-tanda vital dengan
sering. Periksa balutan luka
dengan sering selama 24 jam
pertama terhadap tanda-tanda
darah merah terang dan
berlebihan.
2. Palpasi nadi periver. Evaluasi
pengisian kapiler turgor kulit, dan
status membrane mukosa.
3. Perhatikan adanya edema.
4. Pantau masukan dan haluaran.
5. Pantau suhu tubuh.
1. Tanda-tanda awal hemoragi usus dan
pembentukan hematoma yang dapat
menyebabkan syok hepovelemik.
2. Memberikan informasi tentang
volume sirkulasi umum dan tingkat
hidrasi.
3. Edema dapat terjadi Karena
perpindahan cairan berkenaan
dengan penurunan kadar albumin
(protein).
4. Indikator langsung dari hidrasi organ
dan fungsi. Memberikan pedoman
untuk penggantian cairan.
5. Demam rendah umum selama 24-48
jam pertama dan dapat menambah
kehilangan cairan.
b. Nyeri berhubungan dengan terputusnya kontinuitas jaringan akibat
tindakan operasi.
Tujuan : Nyeri dapat berkurang
Kriteria : Klien
mengungkapkan nyeri berkurang dan
ekspresi wajah normal.
Intervensi Rasional
1. Kaji karakteristik nyeri.
2. Ukur tanda-tanda vital.
3. Ajarkan tehnik relaksasi.
4. Ajarkan nafas dalam dan batuk
yang efektif.
5. Penatalaksanaan pemberian obat
analgetik.
1. Mengetahui tingkat nyeri yang
dirasakan oleh klien sebagai acuan
untuk intervensi selanjutnya.
2. Mengetahui kemajuan atau
penyimpangan dari hasil yang
diharapkan.
3. Untuk merelaksasi otot sehingga
mengurangi rasa nyeri.
4. Dengan nafas dalam dan batuk yang
efektif dapat mengurangi tekanan darah
pada abdomen yang dapat
menimbulkan rangsangan nyeri.
5. Obat analgetik dapat mengurangi atau
menghilangkan rasa nyeri.c. Resiko infeksi berhubungan
dengan adanya luka operasi.
Tujuan : Resiko
infeksi tidak terjadi.
Kriteria : Luka sembuh dengan baik, verband tidak basah
dan tidak ada tandatanda
infeksi (kalor, dolor, rubor, tumor).
Intervensi Rasional
1. Kaji tanda-tanda infeksi dan vital
sign.
2. Gunakan tehnik septik dan
antiseptik.
3. Ganti verband.
4. Berikan penyuluhan tentang cara
pencegahan infeksi.
5. Penatalaksanaan pemberian obat
antibiotik.
1. Mengetahui tanda-tanda infeksi dan
menentukan intervensi selanjutnya.
2. Dapat mencegah terjadinya kontaminasi
dengan kuman penyebab infeksi.
3. Verban yang basah dan kotor dapat
menjadi tempat berkembang biaknya
kuman penyebab infeksi.
4. Memberikan pengertian kepada klien
agar dapat mengetahui tentang
perawatan luka.
5. Obat antibiotik dapat membunuh kuman
penyebab infeksi.
d. Gangguan pemenuhan nutrisi berhubungan dengan intake
yang tidak adekuat.
Tujuan : Nutrisi klien dapat terpenuhi.
Kriteria : Klien mengungkapkan nafsu makan baik, badan
tidak lemah, dan HB
normal.
Intervensi Rasional
1. Kaji intake dan out put klien.
2. Timbang berat badan sesuai indikasi.
3. Identifikasi kesukaan/ketidak sukaan
diet dari pasien. Anjurkan pilihan
1. Untuk mengetahui kebutuhan nutrisi
dan merupakan asupan dalam tindakan
selanjutnya.
2. Mengidentifikasi status cairan serta
memastikan kebutuhan metabolic.
3. Meningkatkan kerja sama pasien
dengan aturan diet. Protein/ vitamin C makanan tinggi
protein dan vitamin
C.
4. Berikan cairan IV.
5. Beriakan obat-obat sesuai indikasi.
adalah contributor utama unatuka
pemeliharaan jaringan dan perbaikan.
4. Memperbaiki keseimbangan cairan
elektrolit. Kehilangan plasma;
penurunan albumin serum (edema) dan
dapat memperpanjang penyembuhan
luka.
5. Mencegah muntah dan menetralkan
atau menurunkan prmbentukan asam
untuk mencegah erosi mukosa.
e. Kerusakan intregitas kulit/jaringan berhubungan dengan
insisi bedah.
Tujuan : Mencapai
pemulihan kluka tepat waktu tanpa komplikasi.
Intervensi Rasional
1. Pantau tanda-tanda vital perhatikan
demam, periksa
luka dengan sering
terhadap bengkak insisi berlebihan
2. Bebat insisi selama batuk dan
latihan napas. Berikan pengikat atau
penyokon untuk pasien gemuk bila
di indikasikan
3. Gunakan plester kertas untuk
balutan sesuai indikasi.
Tinjau ulang nilai laboratorium terhadap
anemia dan penurunan albumin serum.
1. Pembentukan hematoma/terjadinya
infeksi, yang menunjang lambatnya
pemulihan luka dan meningkatklan
resiko pemisahan luka.
2. Meminimalkan stress/tegangan pada
tepi luka yang sembuh. Jaringan
lemak sulit menyatu, dan garis jahitan
lebih mudah terganggu.
3. Pengantian balutan sering dapat
mengakibatkan kerusakan kulit karena
perlekatan yang kuat.
4. Anemia dan pembentukan edema
dapat memenuhi pemulihan.
(Marlyn E. Doenges 2000)4. Implementasi
Implementasi
disesuaikan dengan intervensi yang tercantum pada rencana
keperawatan yang menetapkan waktu dan respon klien.
5. Evaluasi
Evaluasi adalah bagian terakhir dari proses keperawatan
semua tahap proses
keperawatan harus dievaluasi.
Hasil asuhan keperawatan dengan sesuai dengan tujuan yang
telah di tetapkan.
Evaluasi ini didasarkan pada hasil yang di harapkan atau
perubahan yang terjadi
pada klien. Adapun sasaran evaluasi pada klien dengan
tumor abdomen :
Hasil pre operatif :
a) Klien dapat
menunjukan perubahan perilaku yang diharapkan dalam pernyataan
tujuan.
b) Rasa nyeri yang dirasakan klien hilang
Hasil post operatif :
a) Tidak terjadi kekurangan volume cairan
b) Tidak terdapat rasa nyeri
c) Tidak terdapat tanda-tanda infeksi.
d) Nuirisi terpenuhi.
e) Tidak terdapat gangguan integritas
DAFTAR
PUSTAKA
Carpenito, Lynda Juall. 1995. Diagnosa keperawatan
Aplikasi pada Praktek Klinik Edisi 6.
Jakarta : EGC.
Ganong, F. William. 1998.Buku Ajar Fisiologi Kedokteran
Edisi 17. Jakarta : EGC.
Marrilyn, E. Doengus. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan
Pedoman Untuk Perencanaan
dan Pendokumentasian Perawatan Pasien, Edisi 3. Jakarta :
EGC.
Smelster, Suzanne C. 2001. Keperawatan Medikal Bedah,
Edisi 8, Vol. 2. Jakarta : EGC.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar