Rabu, 27 November 2013

ASUHAN KEPERAWATAN / ASKEP DIARE


BagianKeperawatanMedikalBedah                                                                       
Program  S1 Kep
STIKes Mega Rezky Makassar
                                                                                               Laporan Kasus
                                                                                               Tgl: 09  s/d 10 januari 2012


LAPORAN PENDAHULUAN
DIARE



Disusun Oleh:
Srianto  Hardiawan


CI. Lahan                            CI. Institusi                           CI. Institusi


(Ns.H.M.Nasrul,SKM, S.Kep)  (Ns. Syamsyuriyana, S.Kep)  (Ns. Nurwahidah, S.kep)                                                           



Dibuat dalam Rangka Tugas Kepanitraan Klinik
Bagian Keperawatan Medikal Bedah
STIKes Mega Rezky Makassar
              2012





BAB I
TINJAUAN TEORI

I.        KONSEP MEDIK

A.     Pengertian

Diare adalah perubahan frekuensi dan konsistensi tinja. WHO pada tahun 1984 mendefinisikan diare sebagai berak cair tiga kali atau lebih dalam sehari semalam (24 jam).  
Hal ini biasanya dihubungkan dengan dorongan ketidak nyamanan perianal, inkontinensia, atau kombinasi dari kedua faktor ini. Adanya kondisi yang menyebabkan perubahan pada sekresi usus, absorpsi mukosa atau motilitas dapat menimbulkan diare. Diare dapat bersifat akut atau kronis. Ini dapat diklasifikasikan sebagai volume tinggi, volume darah, sekresi, osmotik, atau campuran. Diare dengan volume banyak terjadi bila terdapat lebih dari 1 liter feces cair/hari. Diare dengan volume sedikit terjadi bila terdapat kurang dari 1 liter feces cair yang dihasilkan perhari.

B.     Etiologi

Penyebab diare dapat dibagi dalam beberapa faktor :
1.       Faktor Infeksi
a.       Infeksi enteral; infeksi saluran pencernaan makanan yang merupakan penyebab utama diare pada anak. Meliputi infeksi enteral sebagai berikut:
v  Infeksi bakteri; Vibrio, E. coli, Salmonella, Shigella, Campylobakter, Yersinia, Aeromonas dan sebagainya.
v  Infeksi virus; Enterovirus (Virus ECHO, Coxsackie, Poliomyelitis), Adenovirus, Rotavirus, Antrovirus dan lain-lain.
v  Infeksi parasit; Cacing (Ascaris, Trichuris, Oxyuris, Strongyloides), Protozoa (Entamoeba histolitika, Giardia lambia, Trichomonas hominis), Jamur (Candida albicans).
b.       Infeksi Parenteral ialah infeksi diluar alat pencernaan makanan seperti; otitis media akut (OMA), tonsilitis/tonsilofaringitis, bronchopneumonia, enchefalitis dan sebagainya. Keadaan ini terutama terdapat pada bayi dan anak berumur dibawah 2 tahun.
2.       Faktor Malabsorpsi
v  Malabsorpsi karbohidrat: disakarida (intoleransi laktosa, maltosa dan sukrosa): monosakarida (intoleransi glukosa, fruktosa dan galaktosa). Pada bayi dan anak yang terpenting dan tersering adalah intoleransi laktosa.
v  Malabsorpsi lemak
v  Malabsorpsi protein
3.       Faktor Makanan
Makanan basi, beracun, alergi terhadap makanan.
4.       Faktor Psikologis
Rasa takut dan cemas (jarang, tetapi dapat terjadi pada anak yang lebih besar)

C.     Patogenesis

Mekanisme dasar yang menyebabkan timbulnya diare adalah :
1.       Gangguan osmotik
Akibat terdapatnya makanan atau zat yang tidak dapat diserap akan menyebabkan tekanan osmotik dalam rongga usus meningkat sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit kedalam rongga usus. Isi rongga usus yang berlebihan akan merangsang usus untuk mengeluarkannya sehingga timbul diare.
2.       Gangguan sekresi
Akibat rangsangan tertentu (misalnya toksin) pada dinding usus akan terjadi peningkatan sekresi air dan elektrolit kedalam rongga usus dan selanjutnya timbul diare karena terdapat peningkatan isi rongga usus.

3.       Gangguan motilitas usus
Hiperperistaltik akan mengakibatkan berkurangnya kesempatan usus untuk menyerap makanan sehingga timbul diare. Sebaliknya bila peristaltik usus menurun akan menyebabkan bakteri tumbuh berlebihan, selanjutnya timbul diare pula.

D.     Pathofisiologi

Sebagai akibat diare baik akut maupun kronik akan terjadi :
1.       Kehilangan air dan elektrolit (terjadi dehydrasi) yang mengakibatkan gangguan keseimbangan asam basah (asidosis metabolik, hopokalemia).
2.       Gangguan gizi akibat kelaparan (masukan kurang, pengeluaran bertambah).
3.       Hipoglikemia
4.       Gangguan sirkulasi darah

E.     Gejala Klinik
Tergantung dari jenis diare, secara umum gejalanya :
1.       BAB lebih dari 4 kali dengan jumlah 200 – 250 gr.
2.       Anoreksia, pucat, iretable.
3.       Vomoting, kejang, feces encer.
4.       Terjadi perubahan perilaku.
5.       Nyeri saat BAB.
6.       Urine out put menurun.
7.       Anus dan sekitarnya lecet karena tinja menjadi asam.
8.       BB menurun. Pada bayi ubun-ubun besar, cekung.
9.       Tonus dan turgor kulit berkurang.
10.   Selaput lendir mulut dan bibir kering.







F.      Komplikasi
Akibat diare, kehilangan cairan dan elektrolit secara mendadak dapat menjadi berbagai komplikasi sebagai berikut :
1.       Dehydrasi (ringan, sedang, berat, hipotonik, isotonik, atau hipertonik).
2.       Renjatan hipovolemik.
3.       Hipokalemia (dengan gejala meteorismus, hipotoni otot, lemah, bradikardia, perubahan elektrokardiogram).
4.       Hipoglikemia.
5.       Intoleransi sekunder akibat kerusakan vili mukosa usus dan defisiensi enzim laktose.
6.       Kejang, terjadi pada dehydrasi hipertonik.
7.       Malnutrisi energi protein (akibat muntah dan diare, jika lama atau kronik).

G.    Pemeriksaan Penunjang

1.       Pemeriksaan tinja: makroskopis dan mikroskopis, pH dan kadar gula jika diduga ada intoleransi gula (sugar intolerance), biakan kuman untuk mencari kuman penyebab dan uji resistensi terhadap berbagai antibiotika (pada diare persisten).
2.       Pemeriksaan darah: darah perifer lengkap, analisis gas darah dan elektrolit (terutama natrium, kalium, kalsium dan phospor serum pada diare yang disertai kejang).
3.       Pemeriksaan kadar ureum dan kreatinin darah untuk mengetahui faal ginjal.
4.       Duodenal intubation untuk mengetahui kuman penyebab secara kuantitatif dan kualitatif terutama pada diare kronik.
H.      Pengobatan
1.      Pemberian cairan (rehidrasi awal dan rumat)
2.    Dietetik (pemberian makanan)
3.   Obat-obatan

BAB II

TINJAUAN KEPERAWATAN

A.      Pengertian
Keperawatan adalah ilmu dan kiat yang berkenaan dengan masalah-masalah fisik, psikologis, sosiologis, udaya dan spiritual dari individu.
Ilmu keperawatan didasarkan atas kerangka teori yang luas; kiatnya tergantung pada ketrampilan merawat dan kemampuan perawat secara individual. Pentingnya perawat dalam sistem perawatan kesehatan telah dikenal dalam banyak hal yang posiif, dan profesi keperawatan itu sendiri sedang mengatakan kebutuhan untuk para praktisinya agar menjadi profesional dan bertanggung jawab.

B.     Proses Keperawatan

Proses keperawatan pertama kali diperkenalkan pada tahun 1950-an sebagai proses yang meliputi tiga tahap yaitu pengkajian, perencanaan, dan evaluasi yang berdasarkan pada metode ilmiah yaitu mengobservasi, mengukur, mengumpulkan data dan menganalisis temuan-temuan tertentu. Dengan penelitian, penggunaan data dan perbaikaan selama bertahun-tahun telah menghantarkan perawat untuk memperluas proses keperawatan menjadi 5 tahap yang memberikan metode proses berpikir yang terorganisasi untuk pengambilan keputusan klinik, pemecahan masalah, dan memberikan perawatan yang berkualitas, perawatan klien secara individual.
q  Tahap-tahap proses keperawatan
Proses keperawatan terdiri dari 5 tahap yaang spesifik yaitu :
1.       Pengkajian
Pengkajian adalah tahap awal dari proses keperawatan dan merupakan suatu proses yang sistematis dalam pengumpulan data dari berbagai sumber data untuk mengevaluasi dan mengidentifikasi status kesehatan klien. Hal-hal yang perlu dikaji pada klien dengan diare dehydrasi adalah: a.   Data Subyektif;
-          Frekuensi BAB 3 – 4 kali/hari atau lebih.
-          Napsu makan berkurang.
-          Nyeri perut.
-          Konsistensi feces encer yang terjadi perubahan warna.
-          Mual.
-          Vomoting
-          Lemas, lemah.
-          Orang tua cemas
b.       Data Obyektif
-          Feces encer mungkin disertai lendir atau darah.
-          Anak menjadi cengeng dan gelisah.
-          Suhu badan meningkat (36ºC - 37ºC)
-          Muntah
-          Anus dan daerah sekitarnya lecet/iritasi karena seringnya BAB.
-          BB menurun.
-          Turgor kulit menurun atau jelek.
-          Selaput lendir dan bibir kering.
-          Peristaltik meningkat.
2.       Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah suatu pernyataan yang menjelaskan respon manusia (status kesehatan atau resiko perubahan pola) dari individu atau kelompok dimana perawat secara akuntabilitans dapat mengidentifikasi dan memberikan intervensi secara pasti untuk menjaga status kesehatan menurun, membatasi, mencegah, dan mengubah (A. Carpenito, 200)
v  Tujuan diagnosa keperawatan untuk mengidentifikasi;
1)      Masalah dimana adanya respon klien terhadap status kesehatan atau penyakit.
2)      Faktor-faktor yang menunjang atau menyebabkan suatu masalah (etiologis); dan
3)      Kemampuan klien untuk mencegah atau menyelesaikan masalah.
v  Langkah-langkah menentukan diagnosa keperawatan
Langkah-langkah dalam diagnosa keperawatan dapat dibedakan menjadi :
1)      Klasifikasi dan analisa data.
2)      Interpretasi data.
3)      Validasi data.
4)      Penentuan diagnosa keperawatan
Berdasarkan hasil pengkajian, maka ditemukan beberapa diagnosa keperawatan dengan diare yaitu :
1)      Gangguan keseimbangan cairan elektrolit berhubungan dengan diare.
2)      Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan intake yang tidak adekuat.
3)      Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses inflamasi pada usus.
4)      Resiko terjadi infeksi sekunder berhubungan dengan iritasi pada anus akibat diare.
5)      Resiko terjadi kerusakan integritas kulit berhubungan dengan seringnya BAB.
6)      Gangguan pola tidur berhubungan dengan peningkatan aktivasi RAS.
7)      Kecemasan (orang tua) berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang penyakit anaknya.

3.       Intervensi Keperawatan
1)      Gangguan keseimbangan cairan elektrolit berhubungan dengan diare.
Tujuan : Klien dapat mempertahankan volume cairan yang adekuat dengan keseimbangan input dan out put serta bebas dari tanda dehidrasi.
Intervensi :
-          Observasi TTV, takikardia dan demam. Kaji turgor kulit dan kelembabab membran mukosa.
Rasional :   Merupakan indikator adanya dehidrasi/hipovolemia dan untuk menentukan intervensi selanjutnya.
-          Pantau input dan out put cairan, catat/ukur diare dan kehilangan cairan melalui oral.
Rasional :   Untuk mengidentifikasi tingkat dehidrasi dan pedoman untuk penggantian cairan .
-          Penuhi kebutuhan cairan individu dengan menentukan jadwal pemberian.
Rasional :   Pemberian cairan yang teratur dapat membantu mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit klien .
-          Timbang BB klien secara teratur/sesuai jadwal.
Rasional :   Penurunan BB menunjukan adanya kehilangan cairan yang berlebihan .
-          Anjurkan ibu klien untuk meningkatkan masukan oral bila mampu.
Rasional :   Memungkinkan penghentian tindakan dukungan cairan invasif dan membantu mengembalikan fungsi usus normal.
-          Berikan cairan tambahan infus sesuai indikasi.
Rasional :   Menggantikan kehilangan cairan dan memperbaiki keseimbangan cairan.
-          Observasi tetesan infus secara ketat.
Rasional :   Memberikan informasi tentang status cairan. Kecenderungan keseimbangan cairan negatif dapat menunjukan terjadinya defisit.
-          Penatalaksanaan pemberian obat sesuai instruksi.
Rasional :   Mempercepat proses penyembuhan dan berguna untuk meminimalkan kehilangan cairan.
2)      Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan intake yang tidak adekuat.
Tujuan : Klien akan mempertahankan intake makanan dan minuman yang adekuat untuk mepertahankan berat badan dalam rangka pertumbuhan dengan kriteria hasil porsi makan dihabiskan, BB meningkat atau dipertahankan.
Intervensi :
-          Buat jadwal masukan tiap jam, anjurkan mengukur cairan atau makanan dan minuman sedikit demi sedikit.
Rasional :   Pemberian makanan dan minuman yang teratur dapat membantu mempertahankan keseimbangan nutrisi klien.
-          Timbang berat badan setiap hari atau sesuai dengan indikasi.
Rasional:    Merupakan indikator terhadap asupan makanan yang adekuat.
-          Auskultasi bising usus, catat adanya nyeri abdomen.
Rasional :   Gangguan keseimbangaan cairan elektrolit dapat menurunkan motilitas/fungsi lambung.
-          Berikan makanan cair yang mengandung zat makanan dan elektrolit dengan segera jika klien dapat mentoleransinya melalui pemberian cairan oral.
Rasional :   Pemberian makanan melalui oral lebih baik jika klien sadar dan fungsi ganstrointestinalnya baik.
-          Libatkan keluarga (ibu klien) pada perencanaan makanan sesuai indikasi.
Rasional :   Meningkatkan rasa keterlibatan keluarga dalam perawatan klien dan memberikan informasi untuk memahami kebutuhan nutrisi pasien.
3)      Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses inflamasi pada usus.
Tujuan : Anak menunjukan suhu tubuh dalam batas normal (36-37˚C)
Intervensi :
-          Pantau suhu tubuh klien setiap 1 jam, perhatikan apakah klien menggigil.
Rasional :   Untuk memantau peningkatan suhu tiba-tiba. Suhu 38,9˚ C – 41,1˚ C menunjukan proses infeksi. Menggigil sering mendahului puncak peningkatan suhu.
-          Pertahankan lingkungan yang sejuk.
Rasional :   Suhu ruangan harus diubah untuk mempertahakan suhu mendekati normal.
-          Beri kompres hangat dan hindari penggunaan alkohol/es.
Rasional :   Membantu mengurangi demam. Alkohol / air es dapat menyebabkan kedinginan dan mengeringkan kulit.
-          Kolaborasi untuk memberikan antipiretik (asetaminofen, ibuprofen) sesuai indikasi.
Rasional :   Mengurangi demam dengan aksi sentral pada hipotalamus.
4)      Resiko terjadi infeksi sekunder berhubungan dengan iritasi pada anus akibat diare.
Tujuan : Tidak terjadi infeksi sekunder dengan kriteria klien bebas dari tanda-tanda infeksi sistemik atau lokal.
Intervensi :
-          Pertahankan keadaan kulit sekitar anus tetap kering dan bersih.
Rasional :   Mencegah terjadinya kontaminasi dan penyebaran bakteri dan kontaminasi silang.
-          Pertahankan teknik aseptik dalam melakukan tindakan invasif.
Rasional :   Menurunkan resiko terjadinya infeksi silang.
-          Kolaborasi untuk pemberian antimikrobial/antibiotik sesuai indikasi.
Rasional :   Menurunkan kolonisasi bakteri atau jamur disekitar anus.
-          Libatkan keluarga dalam program perawatan klien untuk mempertahankan kulit tetap kering.
Rasional :   Membantu meningkatkan peran keluarga dan memberikan pemahaman tentang perawatan klien.
5)      Resiko terjadi kerusakan integritas kulit berhubungan dengan seringnya BAB.
Tujuan : Klien dapat mempertahankan integritas kulit dalam keadaan normal.
Intervensi :
-          Pertahankan keadaan kulit sekitar anus tetap kering dan bersih.
Rasional :   Mencegah terjadinya kontaminasi dan iritasi.
-          Berikan perawatan kulit secara rutin, observasi pakaian klien agar tetap kering dan steril.
Rasional :   Mencegah terjadinya kerusakan dan meningkatkan penyembuhan.
-          Pertahankan keadaan kulit sekitar anus tetap kering dan bersih. Observasi ketat pada lipatan kulit
Rasional :   Kelembaban atau akskroriasi meningkatkan pertumbuhan bakteri yang dapat menyebabkan infeksi.
-          Ajarkan kepada keluarga untuk tidak memberikan tekanan pada bagian tubuh tertentu.
Rasional :   Menurunkan tekanan sehingga dapat meningkatkan sirkulasi perifer dan menurunkan resiko kerusakan kulit.
6)      Gangguan pola tidur berhubungan dengan peningkatan aktivasi RAS.
Tujuan : Klien dapat beristirahat dan tidur sesuai dengan kebutuhan secara teratur.
Intervensi       :
-          Kaji kebiasaan tidur dan perubahan yang terjadi.
Rasional:    Mengidentifikasi dan menentukan intervensi yang tepat.
-          Ciptakan tempat tidur yang nyaman.
Rasional:    Meningkatkan kenyamanan tidur serta dukungan fisiologi – psikologis.
-          Ciptakan lingkungan yang kondusif dengan mengurangi kebisingan.
Rasional:    Memberikan situasi yang kondusif untuk tidur/istirahat.
-          Hindari mengganggu klien bila mungkin (misalnya; membangunkan untuk obat dan terapi)
Rasional:    Tidur tanpa gangguan lebih menimbulkan rasa segar dan klien mungkin tidak dapat tidur setelah di bangunkan.
7)      Kecemasan (orang tua) berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang penyakit anaknya.
Tujuan :   Kecemasan orang tua berkurang yang ditandai dengan meningkatnya kemampuan mereka dalam mendampingi dan memberi dukungan pada anak dengan menjelaskan kondisinya.
Intervensi :
-          Berikan informasi yang adekuat pada orang tua dan keluarga.
Rasional :   Informasi yang adekuat merupakan suatu aspek penting dalam membantu proses perawatan klien.
-          Biarkan orang tua tetap mendampingi klien selama hospitalisasi.
Rasional :   Orang tua dapat mengetahui perkembangan informasi tentang kondisi anaknya.
-          Kaji pehaman orang tua tentang kondisi anaknya dan gambaran perawatan.
Rasional :   Mengetahui seberapa jauh pemahaman orang tua tentang konsi anaknya dan gambaran perawatan sehingga dapat membantu dalam melaksanakan intervensi selanjutnya.
-          Jelaskan semua prosedur pada orang tua (keluarga).
Rasional :   Untuk meminimalkan rasa takut/cemas terhadap hal-hal yang tidak diketahui.
-          Beri dukungan emosional pada orang tua  selama anak masih dirawat di RS.
Rasional :   Diharapkan orang tua dapat mengenal dan menghadapi rasa cemas dengan adanya dukungan dan konseling.




DAFTAR PUSTAKA


1.             Arif Mansjoer, 2005, Kapita Salekta Kedoktern, Edisi 3 Jilid 2, EGC, Jakarta.

2.             Brunner & Suddarth, 2002, Keperawatan Medikal Bedah, Edisi 8 Vol. 2, EGC, Jakarta.

3.             Doenges, moorhouse & Burley, 2001, Penerapan Proses Keperawatan dan Diagnosa Keperawatan, Edisi 2, EGC, Jakarta.

4.             Widoyono, 2008, Penyakit tropis, EGC, Jakarta

5.             Buku Kuliah 1 Ilmu Kesehatan Anak, 2007, Fakultas Kedokteran UI, Infomedika Jakarta,

6.             http://maidun-gleekapay.blogspot.com/2010/02/laporan-pendahuluan-diare.html. Akses 7 Januari 2012























LAPORAN PENDAHULUAN
KEBUTUHAN CAIRAN DAN ELEKTROLIT

A.     Pengertian Cairan
Cairan adalah volume air bisa berupa kekurangan atau kelebihan air.
Air tubuh lebih banyak meningkat tonisitus adalah terminologi guna perbandingan osmolalitas dari salah satu cairan tubuh yang normal. Cairan tubuh terdiri dari cairan eksternal dan cairan internal. Volume cairan intrasel tidak dapat diukur secara langsung dengan prinsip difusi oleh karena tidak ada bahan yang hanya terdapat dalam cairan intrasel. Volume cairan intrasel dapat diketahui dengan mengurangi jumlah cairan ekternal, terdiri dari cairan tubuh total.
Cairan eksternal terdiri dari cairan tubuh total :
-          Cairan interstitiel: bagian cairan ekstra sel yang ada diluar pembulu darah.
-          Plasma darah
-          Cairan transeluler, cairan yang terdapat pada rongga khusus seperti dalam pleura, perikardium, cairan sendi, cairan serebrospinalis.

    Pertukaran cairan tubuh
1.       Pemasukan :
Cairan tubuh sebagian besar berasal dari makanan dan minuman setiap hari dan sebagian kecil berasal dari proses oksidasi H2 dalam makanan.
2.       Pengeluaran :
Pengeluaran cairan terjadi melalui organ-organ seperti;
a.       Ginjal
-          Merupakan pengatur utama keseimbangan cairan yang menerima 170 liter darah untuk disaring setiap hari.
-          Produksi urine untuk semua usia 1 ml/kg/jam.
-          Pada orang dewasa produksi urine sekitaar 1,5 liter/hari.
-          Jumlah urine yang diproduksi oleh ginjal dipengaruhi oleh ADH dan aldosteron.
b.       Kulit
-          Hilangnya cairan melalui kulit diatur oleh saraf simpatis yang merangsang aktivitas kelenjar keringat.
-          Rangsangan kelenjar keringat dapat dihasilkan dari aktivitas otot, temperatur lingkungan meningkat dan demam.
c.       Paru-paru
Meningkatnya cairan hilang sebagai respon terhadap perubahan kecepatan dan kedalaman napas akibat pergerakan atau demam.
d.      Gastrointestinal
Dalam kondisi normal cairan yang hilang dari gastrointestinal setiap hari sekitar 100 – 1200 ml.
    Gangguan keseimbangan cairan pada defisit cairan yaitu :
a         Isotonis
Bila sel dimasukan kedalam suatu larutan tanpa menyebabkan sel membengkak atau mengkerut disebut larutan isotonis.
b         Hipotonis
Larutan yang bila dimasukan kedalamnya akan menyebabkan sel menjadi bengkak.
c         Hipertonis
Larutan yang menyebabkan sel mengkerut jika dimasukan kedalam larutan tadi.
    Pengaturan keseimbangan cairan
a.       Rasa dahaga
Mekanisme rasa dahaga :
1.       Penurunan fungsi ginjal merangsang pelepasan renin, yang pada akhirnya menimbulkan produksi angiotensin II yang dapat merangsang hipothalamus untuk melepaskaan substrat neural yang bertanggung jawab terhadap sensasi haus.
2.        Osmoreseptor dihipothalamus mendeteksi peningkatan osmotik dan mengaktivasi jaringan saraf yang dapat mengakibatkan sensasi rasa dahaga.
b.       Antidiuretik Hormon
ADH dibentuk dihipofisis dan disimpan didalam neuro hipofisis dari hipofisis posterior stimulasi utaama untuk sekresi ADH adalah peningkatan osmolalitas dan penurunan cairan ekstra sel. Hormon ini meningkatkan reabsorbsi air pada ductus koligentes, dengan demikin dapat menghemat air.
c.       Aldosteron
Hormon ini disekresi oleh kelenjaar adrenal yang bekerja pada tubulus ginjal untuk meningkatkan absorbsi natrium. Pelepasan aldosteron dirangsang oleh perubahan konsentrasi kalium natrium serum dan sistem angiotensin renin dan sangat efektif dalam mengendalikan hiperkalemia.

B.     Pengertian Elektrolit
Elektrolit adalah substansi yanag menyebabkan ion kation (+) dan anion (-). Ada tiga cairan elektrolit yang paling esensial yaitu :
1.       Kation (K ) fungsinya;
-          Untuk transmisi dan konduksi impuls saraf.
-          Kontraksi otot rangka, otot polos dan otot jantung.
2.       Natrium (Na )
Kation utama dari pada cairan ekstra seluler juga dijumpai dalam pada dan jaringan.
-          Merupakan kation paling banyak yang terdapat pada cairan ekstra sel.
-          Natrium mempengaruhi keseimbangan air, hantaran impuls saraf dan kontraksi otot.
-          Sosdium diatur intake garam., aldosteron dan pengeluaran urine normalnya sekitar 135 dan 148 mEq / 1 liter
3.       Kalsium (Ca ), fungsinya :
-          Membanu aktifitas saraf dan otot normal.
-          Meningkatkan kontrasi otot jantung.
-          Berguna untuk integritas kulit dan sel, konduksi jantung, pembekuan darah, serta pembentukan tulang-tulang dan gigi.
    Gejala klinis kekurangan elektrolit:
-          Haus
-          Anoreksia
-          Perubahan tanda-tanda vital
-          Lemas atau pucat
-          Anak rewel
-          Kejang-kejang
-          Kulit dingin
-          Rasa malas
    Faktor-faktor yang mempengaruhi kebutuhan cairan elektrolit :
1.       Usia
Variasi usia berkaitan dengan luas permukaan tubuh, metabolisme yang diperlukan dan berat badan.
2.       Temperatur lingkungan
Panas yang berlebihan menyebabkan berkeringat. Seseorang dapat mengalami kehilangan NaCl sebanyak 15 – 30 gr/hr.
3.       Diet
Pada saat nutrisi kekurangan nutrisi, tubuh akan memecah cadangan energi, proses ini akan menimbulkan pegerakan cairan dari intertistial keintra seluler.
4.       Keadaan sakit
Keadaan pembedahan, trauma jaringan, kelainan ginjal dan jantung, gangguan hormon akan menganggu keseimbangan cairan.
5.       Situasi stres
Stres dapat menimbulkan peningkatan metaabolisme sel, konsentrasi darah dan glikolisis otot, mekanisme ini dapat menimbulkan retensi sodium dan air. Proses ini dapat meningkatkan produksi ADH dan menurunkan produksi urine.

Penatalaksanaan :
1.       Penatalaksanaan medis utama diarahkan pada pengendalian atau pengobatan penyakit dasar. Obat-obatan tersebut misalnya; prednison yang dapat mengurangi beratnya diare dan penyakit.
2.        Untuk diare ringan cairan oral dengan segera ditingkatkan dan glukosa oral serta larutan elektrolit dapat diberikan untuk rehydrasi pasien.
3.       Untuk diare sedang, akibat sumber non infeksius, obat-obatan tidak spesifik seperti defenosiklat (lomotil) dan loperamit (imodium) juga diberikan untuk menurunkan motilitas.
4.       Preparat anti mikrobial diberikan bila preparat infeksius telah teridentifiksi atau bila diare sangat berat.
5.       Terapi cairan intra vena mungkin diperlukan untuk hydrasi cepat, khususnya untuk anak kecil dan lansia.








TINJAUAN KASUS

I.        Identitas
A.     Data Biografi
1.       Nama                                   : An.” J “
2.       Umur                                   : 4 bulan
3.       Jenis kelamin                       : Perempuan
4.       Alamat                                 : Jl. Dangko No. 125
5.       Agama                                 : Islam
6.       Suku/bangsa                        : Makassar / Indonesia
7.       Pendidikan                          : -
8.       Status perkawinan               : Belum kawin
9.       Tanggal masuk                     : 09 Agustus 2005
10.   Tanggal pengkajian              : 09 Agustus 2005
11.   Diagnosa medik                   : Diare
12.   No. medikal record              : 07 99 25

B.     Data Penanggung Jawab
1.       Nama                                   : Ny.” S “
2.       Umur                                   : 26 tahun
3.       Alamat                                 : Jl. Dangko No. 125
4.       Pekerjaan                             : Ibu Rumah Tangga
5.       Hubungan dengan klien      : Ibu kandung

II.     Riwayat Kesehatan
1.       Keluhan Utama : Berak-berak
Riwayat keluhan utama :
Ibu klien mengatakan bahwa klien mengalami berak-berak lebih dari 5 kali sehari disertai dengan muntah sejak hari senin pagi tanggal 8 agustus 2005. Keadaan ini dialami tanpa diketahui apa penyebabnya sampai klien dibawa ke RS. Menurut ibu klien, belum ada pengobatan yang diberikan kepada anaknya, dan klien akan merasa enak bila diteteki.
2.       Riwayat Kesehatan Masa Lalu :
Menurut ibu klien, penyakit ini baru dialami pertama kali. Sebelumnya klien  pernah menderita flu dan batuk ringan tetapi tidak sampai dirawat di RS. Klien juga mempunyai riwayat alergi terhadap keringat dan telah mendapat imunisasi BCG dan hepatitis I dan II.
3.       Informasi Kesehatan Sekarang :
Klien tidak alergi terhadap obat-obatan dan klien juga tidak punya kebiasaan tertentu.
4.       Riwayat Kesehatan Keluarga :
Genogram 3 generasi








 



 
G 1                          
G 11                    ?          ?          27                     26        20      16           9


 
G111                                  6                    3                    4


 
Keterangan :
               : Laki-laki                                : Tinggal serumah
               : Perempuan                   X      : Meninggal
               : Klien                            ?       : Tidak diketahui
G 1   :      Kakek dan nenek klien baik dari pihak ayah dan ibu masih hidup tetapi tidak tinggal serumah dengan klien, hanya kakek dari pihak ayah yang tinggal serumah dengan klien.
G 11 :      Ayah dan ibu klien tidak pernah menderita penyakit yang sama dengan klien dan berbadan sehat.
                Hubungan orang tua klien dengan anggota keluarga yang lain harmonis.
G111 :     Klien adalah anak ketiga dari 3 bersaudara. Kedua saudara kandung klien tidak pernah menderita penyakit yang sama dengan klien.

III.  Keadaan Umum
A.     Penampilan
Klien nampak lemah dan pucat.
B.     Kesadaran
Klien dalam keadaan sadar dan bisa diajak bermain tapi kadang-kadang klien menangis.
C.     Tanda-tanda vital  :
N            : 130 x/mnt
S             : 38,4 º C
P             : 46 x/menit
Atropometri          :
BB         : 6,2 kg
PB          : 62 cm
LLA       : 16 cm
LLB       : 14 cm
LK         : 42 cm
LP          : 43 cm

IV.  Pemeriksaan Fisik
A.      Kepala
Inspeksi :
-          Kulit kepala bersih tidak ada luka, dan berbentuk mesocepalus.
-          Rambut baru mulai tumbuh.
Palpasi :
-          Tidak ada massa.
-          Rambut tidak mudah tercabut.
B.      Mata
Inspeksi :
-          Mata nampak cekung.
-          Konjungtiva nampak anemis.
-          Sklera mata putih.
-          Bola mata mengikuti arah telunjuk.
Palpasi :
-          Tidak ada penonjolan bola mata.
C.     Kulit
Inspeksi :
-          Warna kulit sawo matang.
Palpasi :
-          Turgor kulit jelek.
D.     Telinga
Inspeksi :
-          Pendengaran klien baik dan tidak menggunakan alat bantu.
-          Bentuk telinga simetris kiri dan kanan.
-          Tidak nampak cairan.
E.      Hidung
Inspeksi :
-          Bentuk hidung simetris kiri dan kanan.
-          Klien tidak menggunakan pernapasan cuping hidung.
-          Lubang hidung nampak kotor.
Palpasi :
-          Tidak ditemukan benjolan
F.      Mulut
Inspeksi :
-          Bibir klien tidak nampak kering.
-          Gigi belum tumbuh.
-          Tidak ada perdarahan pada gusi.
G.     Leher
Inspeksi :
-          Tidak ada pembesaran pada kelenjar tiroid.
Palpasi :
-          Tidak ada massa.
H.     Dada dan Paru
Inspeksi :
-          Bentuk dada simetris kiri dan kanan.
-          Gerakan dada mengikuti pernapasan.
-          Retraksi subcostal tidak nampak.
-          Frekuensi pernapasan  46 x/menit.
-          Tidak terjadi retraksi dinding dada.
Palpasi :
-          Tidak teraba massa.
Auskultasi :
-          Tidak ada bunyi napas tambahan.
I.        Abdomen
Inspeksi :
-          Bentuk abdomen simtris kiri dan kanan.
-          Gerakan perut mengikuti gerakan napas.
-          Warna kulit abdomen sawo matang.
Palpasi :
-          Tidak teraba adanya masa.
Auskultasi :
-          Peristaltik ↑ 17 x/menit.
Perkusi :
-          Terdengar bunyi timpani.
J.       Genitalia
Inspeksi :
-          Nampak kemerahaan disekitar anus dan alat kelamin.
-          Turgor kulit disekitar genitalia jelek.
K.     Ekstremitas
1)      Ekstremitas atas
Inspeksi :
-          Tidak terdat kelainan.
-          Keadaan jari-jari dan kuku normal.
-          Nampak terpasang infus KAEN – 3B 36 tetes/menit.
2)      Ekstremitas bawah
Inspeksi :
-          Tidak terdapat kelainan.
-          Tidak ada edema.
-          Kekuatan otot-otot untuk menggerakan baik.

Pola Aktivitas Sehari-hari
A.     Nutrisi
No.
Jenis Kegiatan
Sebelum Sakit
Saat Sakit
1





2.
Makan
Napsu makan
Porsi makan
Frekuensi makan
Menu

Minum
Jenis air minum
Sumber air
Frekuensi
Jumlah

Baik
Dihabiskan
3 kali sehari
SUN beras merah


ASI, air putih
Ledeng
Tidak tentu
¼ gelas

Kurang
Tidak dihabiskan
2 kali sehari
SUN beras merah


ASI, air putih
Ledeng
Tidak tentu
¼ gelas
b.       Eliminasi
No
Jenis kegiatan
Sebelum sakit
Saat sakit
1.






2.
BAB
Tempat
Frekuensi

Konsistensi
Warna

BAK
Tempat
Frekuensi
Warna


Celana
2 kali sehari

Lembek
Kuning


Celana
Tidak tentu
Kuning



Celana
Lebih dari 5 x/hari
Cair / encer
Kuning kehijau-hijauan


Celana
Tidak tentu
Kuning



v  Istirahat dan Tidur
No
Jenis kegiatan
Sebelum sakit
Saat sakit
1.





2.

Siang
Waktu
Kebiasaan sebelum tidur

Tempat

Malam
Waktu
Kebiasaan sebelum tidur
Tempat

Pkl. 13.00
Menetek dan dinina-bobokan
Ayunan

19.00
Menetek dan dinina-bobokan
Ayunan

Tidak tentu
Menetek dan dinina-bobokan
Kasur

Tidak tentu
Menetek dan dinina-bobokan
Kasur

PENGKAJIAN KEBUTUHAN CAIRAN DAN ELEKTROLIT

1.       Riwayat kebutuhan cairan dan elektrolit;
a.       Riwayat kesehatan masa lalu
1.       Pola intake cairan dan makanan yang dikonsumsi dalam 24 jam
ð  Jenis air minum : ASI
2.       Pola pengeluaran cairan
ð  Banyak mengeluarkan cairan melalui BAB
3.       Pernah menderita penyakit flu dan batuk ringan.
b.       Riwayat kesehatan saat ini
1.      Ada tanda-tanda dehidrasi;
-          Klien nampak lemah
-          Klien nampak pucat
-          Mata cekung
-          BAB 5 kali / hari dengan konsistensi cair / encer.
-          Turgor kulit jelek.
2.       Pengobatan / cairan yang diberikan;
-          Cairan infus KAEN – 3B 36 tetes / menit.
-          Obatnya : Vomitrol 3 x ¼



3.       Pengukuran tanda-tanda vital
Nadi          : 130 x/mnt
Suhu          : 38,4 º C
Pernapasan: 46 x/mnt.



DATA  FOKUS


Nama               : Nn. “I”
No. Med. Rec : 123489
Ruangan          : Al-Fajar RSU. Haji Makassar

Data Subyektif
Data Obyektif
-       Ibu klien mengatakan anaknya BAB > 5 kali / hari disertai muntah
-       Ibu klien mengatakan anaknya merasa lemas.
-       Ibu klien mengatakan anaknya tidak seceria sebelum ia sakit.
-       Klien tampak lemah.
-       Klien nampak pucat.
-       Mata cekung.
-       Turgor kulit jelek.
-       BAB > 5 x/hr dengan konsistensi BAB cair / encer.
-       TTV :
N    : 130 x/mnt
S     : 38,4 ºC
P     : 46 x/mnt
BB  : 6,2 kg
-       Tampak terpasang infus KAEN – 3B 36 tetes / menit.









ANALISA DATA

Nama               : Nn “I”
No. Med. Rec : 123489
Ruangan          : Al-Fajar RSU. Haji Makassar

Data
Etiologi
Masalah
DS :
-       Ibu klien mengatakan anaknya BAB > 5 kali / hari disertai muntah.
-       Ibu klien mengatakan anaknya merasa lemas.
-       Ibu klien mengatakan anaknya tidak seceria sebelum ia sakit.

DO :
-        Klien tampak lemah.
-       Klien nampak pucat.
-       Mata cekung.
-       Turgor kulit jelek.
-       BAB > 5 x/hr dengan konsistensi BAB cair / encer.
-       TTV  :
N    : 130 x/mnt
S     : 38,4 ºC
P     : 46 x/mnt
BB  : 6,2 kg
-       Tampak terpasang infus KAEN – 3B 36 tetes / menit.
Invasi bakteri kedalam saluran intestinal

Mengiritasi usus
 

Peristaltik usus meningkat

Transit chyme untuk absorbsi terganggu
 

Sari-sari makanan sulit diserap

air dan garam mineral terbawa kedalam usus

cairan dan elektrolit terbuang melalui feces

gangguan keseimbangan
cairan dan elektrolit
Gangguan keseimbangan
cairan elektrolit.







DIAGNOSA  KEPERAWATAN

Nama               : An. “J”
No. Med. Rec : 07 99 25
Ruangan          : P. Anak RSU. Haji Makassar

Diagnosa Keperawatan
Tanggal ditemukan
Tanggal teratasi
Gangguan keseimbangan
cairan elektrolit berhubungan dengan diare.
09 Agustus 2005
-




















RENCANA TINDAKAN

Nama               : An. “J”
No. Med. Rec : 07 99 25
Ruangan          : P. Anak RSU. Haji Makassar

NDx dan Data
Tujuan
Intervensi
Rasional
Gangguan keseim-bangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan diare., yang ditandai dengan :
DS :
-       Ibu klien menga-takan anaknya BAB > 5 kali/hari disertai muntah.
-       Ibu klien menga-takan anaknya merasa lemas.
-       Ibu klien menga-takan anaknya tidak seceria sebelum ia sakit.
DO :
-       Klien tampak lemah.
-       Klien nampak pucat.
-       Mata cekung.
-       Turgor kulit jelek.
-       BAB > 5 x/hr cair / encer.
-       TTV  :
N    : 130 x/mnt
S     : 38,4 ºC
P     : 46 x/mnt
BB  : 6,2 kg
-       Tampak terpasang infus KAEN – 3B 36 tetes / menit.
Kebutuhan cairan dan elektrolit klien terpenuhi, dengan kriteria hasil :
-    BAB 1 x/hr.
-    Klien ceria.
-    Keadaan umum baik.
-    Mata tidak cekung
-    BAB dengan konsistensi lembek.
-    Turgor kulit baik.
1.   Observasi TTV,  takikardia dan demam. Kaji turgor kulit dan kelembaban membran mukosa.
2.   Pantau input dan out put cairan, catat / ukur diare dan kehilangan cairan melalui oral.
3.   Penuhi kebutuhan cairan individu dengan menen-tukan jadwal pemberian.

4.   Timbang BB klien secara teratur / sesuai jadwal.
5.   Anjurkan ibu klien untuk meni-ngkatkan masu-kan oral bila mampu.


6.   Berikan cairan tambahan infus sesuai indikasi.

7.   Observasi tetesan infus.





8.   Penatalaksanaan pemberian obat sesuai instruksi
Merupakan indikator adanya dehidrasi / hipovolemia dan untuk menentukan intervensi selanjutnya.


Untuk mengidentifi-kasi tingkat dehi-drasi dan pedoman untuk penggantian cairan.

Pemberian cairan yang teratur dapat membantu memper-tahankan keseim-bangan cairan dan elektrolit klien.
Penurunan BB menunjukan adanya kehilangan cairan yang berlebihan.
Memungkinkan penghentian tindakan dukungan cairan invasif dan membantu mengem-balikan fungsi usus normal.
Menggantikan kehilangan cairan dan memperbaiki keseimbangan cairan
Memberikan infor-masi tentang status cairan. Kecenderu-ngan keseimbangan cairan negatif dapat menunjukan terjadi-nya defisit.
Mempercepat proses penyembuhan dan berguna untuk meminimalkan kehilangan cairan.






















CATATAN TINDAKAN

Nama               : An. “J”
No. Med. Rec : 07 99 25
Ruangan          : P. Anak RSU. Haji Makassar

Hari/tgl
NDx
Jam
Implementasi dan Hasil
Rabu,
10 Agustus 2005






























Kamis, 
11 Agustus 2005


























Jumat,
12 Agustus 2005










1
































1




























1













14.00
































08.00




























21.00















1.      Observasi TTV, takikardia dan demam. Kaji turgor kulit dan kelembaban membran mukosa.
Hasil:  N ; 130 x/mnt, P; 46 x/mnt, S; 38,4 ºC. Turgor kulit jelek, membran mukosa tampak kering.
2.      Pantau input dan out put cairan, catat / ukur diare dan kehilangan cairan melalui oral.
Hasil: Klien minum air putih ½ gelas sehari dan infus RL. Klien BAB > 5 x/hr.
3.      Penuhi kebutuhan cairan individu dengan menentukan jadwal pemberian.
Hasil: Klien minum ASI ditambah air putih dengan waktu yang tidak tentu. Terpasang infus Kaen-3B dengan kecepatan 36 tetes / menit.
4.      Anjurkan ibu klien untuk meningkatkan masukan oral bila mampu.
Hasil: Klien minum rata-rata ½ gelas air putih/hr ditambah ASI.
5.      Berikan cairan tambahan infus sesuai indikasi.
Hasil: Terpasang infus Kaen-3B dengan kecepatan 36 tetes / menit.
6.      Observasi tetesan infus.
Hasil: Infus Kaen-3B  berjalan lancar dengan kecepatan 36 tetes / menit.
7.      Penatalaksanaan pemberian obat sesuai instruksi
Hasil: Klien diberi obat .

1.      Timbang BB klien secara teratur / sesuai jadwal.
Hasil: BB klien 6,2 kg.
2.      Observasi TTV, catat perubahan TD, takikardia dan demam. Kaji turgor kulit dan kelembaban membran mukosa.
Hasil:  N ; 130 x/mnt, P; 46 x/mnt, S; 38,4 ºC. Turgor kulit jelek, membran mukosa tampak kering.
3.      Pantau input dan out put cairan, catat / ukur diare dan kehilangan cairan melalui oral.
Hasil: Klien minum air putih ½ gelas sehari dan infus RL. Klien BAB > 5 x/hr.
4.      Penuhi kebutuhan cairan individu dengan menentukan jadwal pemberian.
Hasil: Klien minum ASI ditambah air putih dengan waktu yang tidak tentu. Terpasang infus Kaen-3B dengan kecepatan 36 tetes / menit.
5.      Anjurkan ibu klien untuk meningkatkan masukan oral bila mampu.
Hasil: Klien minum rata-rata ½ gelas air putih/hr ditambah ASI.
6.      Penatalaksanaan pemberian obat sesuai instruksi
Hasil: Klien diberi obat.

1.      Observasi TTV, catat perubahan TD, takikardia dan demam. Kaji turgor kulit dan kelembaban membran mukosa.
Hasil:  N ; 130 x/mnt, P; 46 x/mnt, S; 38,4 ºC. Turgor kulit jelek, membran mukosa tampak kering.
2.      Pantau input dan out put cairan, catat / ukur diare dan kehilangan cairan melalui oral.
Hasil: Klien minum air putih ½ gelas sehari dan infus RL. Klien BAB > 5 x/hr.
3.      Penuhi kebutuhan cairan individu dengan menentukan jadwal pemberian.
Hasil: Klien minum ASI ditambah air putih dengan waktu yang tidak tentu. Terpasang infus Kaen-3B dengan kecepatan 36 tetes / menit.
4.      Anjurkan ibu klien untuk meningkatkan masukan oral bila mampu.
Hasil: Klien minum rata-rata ½ gelas air putih/hr ditambah ASI.



























CATATAN PERKEMBANGAN

Nama               : An. “J”
No. Med. Rec : 07 99 25
Ruangan          : P. Anak RSU. Haji Makassar

Hari/tgl
NDx
Jam
Evaluasi
Rabu,
10 Agustus 2005





Kamis,
11 Agustus 2005





Jumat,
12 Agustus 2005





1







1







1







15.00







09.00







22.00





 S :  Ibu klien mengatakan anaknya BAB > 5 kali sehari disertai muntah.
O :  Klien nampak pucat, mata cekung, turgor kulit jelek. Keadaan umum klien tampak lemah
A  :   Masalah belum teratasi
P   :   Lanjutkan intervensi 1 s/d 8

S  :  Ibu klien mengatakan anaknya BAB 3 kali sehari.
O :  Klien nampak pucat, mata cekung, turgor kulit mulai membaik. Keadaan umum klien masih lemah
A  :   Masalah sebagian teratasi
P   :   Lanjutkan intervensi
1.       Observasi TTV, turgor kulit dan kelembaban membran mukosa.
2.       Pantau input dan out put cairan, catat / ukur diare dan kehilangan cairan melalui oral.
3.       Penuhi kebutuhan cairan individu dengan menentukan jadwal pemberian.
5.   Anjurkan ibu klien untuk meningkatkan masukan oral bila mampu.
8.  Penatalaksanaan pemberian obat sesuai instruksi.

 S :  Ibu klien mengatakan anaknya BAB 1 kali sehari dengan konsistensi lembek.
O :  Klien nampak, mata tidak cekung, turgor kulit baik, keadaan umum baik, BAB dengan konsistensi lembek.
A  :   Masalah teratasi
P   :   Intervensi selesai


Tidak ada komentar:

Posting Komentar