Program S1 Kep
STIKes Mega Rezky
Makassar
Laporan
Kasus
Tgl: 09 s/d 10 januari 2012
LAPORAN PENDAHULUAN
DIARE
Disusun Oleh:
Srianto Hardiawan
CI. Lahan CI. Institusi CI.
Institusi
(Ns.H.M.Nasrul,SKM,
S.Kep) (Ns. Syamsyuriyana, S.Kep) (Ns. Nurwahidah, S.kep)
Dibuat dalam Rangka Tugas Kepanitraan Klinik
Bagian Keperawatan Medikal Bedah
STIKes Mega Rezky Makassar
2012
BAB I
TINJAUAN TEORI
I. KONSEP MEDIK
A. Pengertian
Diare adalah
perubahan frekuensi dan konsistensi tinja. WHO pada tahun 1984 mendefinisikan
diare sebagai berak cair tiga kali atau lebih dalam sehari semalam (24 jam).
Hal ini biasanya dihubungkan dengan
dorongan ketidak nyamanan perianal, inkontinensia, atau kombinasi dari kedua
faktor ini. Adanya kondisi yang menyebabkan perubahan pada sekresi usus,
absorpsi mukosa atau motilitas dapat menimbulkan diare. Diare dapat bersifat
akut atau kronis. Ini dapat diklasifikasikan sebagai volume tinggi, volume
darah, sekresi, osmotik, atau campuran. Diare dengan volume banyak terjadi bila
terdapat lebih dari 1 liter feces cair/hari. Diare dengan volume sedikit
terjadi bila terdapat kurang dari 1 liter feces cair yang dihasilkan perhari.
B. Etiologi
Penyebab diare dapat dibagi dalam
beberapa faktor :
1.
Faktor
Infeksi
a.
Infeksi enteral; infeksi saluran
pencernaan makanan yang merupakan penyebab utama diare pada anak. Meliputi
infeksi enteral sebagai berikut:
v Infeksi bakteri; Vibrio, E. coli, Salmonella, Shigella,
Campylobakter, Yersinia, Aeromonas dan sebagainya.
v Infeksi virus; Enterovirus (Virus ECHO, Coxsackie,
Poliomyelitis), Adenovirus, Rotavirus, Antrovirus dan lain-lain.
v Infeksi parasit; Cacing (Ascaris, Trichuris, Oxyuris, Strongyloides),
Protozoa (Entamoeba histolitika, Giardia lambia, Trichomonas hominis),
Jamur (Candida albicans).
b.
Infeksi
Parenteral ialah infeksi diluar alat pencernaan makanan seperti; otitis media
akut (OMA), tonsilitis/tonsilofaringitis, bronchopneumonia, enchefalitis dan
sebagainya. Keadaan ini terutama terdapat pada bayi dan anak berumur dibawah 2
tahun.
2.
Faktor
Malabsorpsi
v Malabsorpsi karbohidrat:
disakarida (intoleransi laktosa, maltosa dan sukrosa): monosakarida
(intoleransi glukosa, fruktosa dan galaktosa). Pada bayi dan anak yang
terpenting dan tersering adalah intoleransi laktosa.
v Malabsorpsi lemak
v Malabsorpsi protein
3.
Faktor
Makanan
Makanan basi, beracun, alergi
terhadap makanan.
4.
Faktor
Psikologis
Rasa takut dan cemas (jarang,
tetapi dapat terjadi pada anak yang lebih besar)
C. Patogenesis
Mekanisme dasar yang menyebabkan
timbulnya diare adalah :
1.
Gangguan
osmotik
Akibat terdapatnya makanan atau zat
yang tidak dapat diserap akan menyebabkan tekanan osmotik dalam rongga usus
meningkat sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit kedalam rongga usus.
Isi rongga usus yang berlebihan akan merangsang usus untuk mengeluarkannya
sehingga timbul diare.
2.
Gangguan
sekresi
Akibat rangsangan tertentu (misalnya
toksin) pada dinding usus akan terjadi peningkatan sekresi air dan elektrolit
kedalam rongga usus dan selanjutnya timbul diare karena terdapat peningkatan
isi rongga usus.
3.
Gangguan
motilitas usus
Hiperperistaltik akan mengakibatkan
berkurangnya kesempatan usus untuk menyerap makanan sehingga timbul diare.
Sebaliknya bila peristaltik usus menurun akan menyebabkan bakteri tumbuh
berlebihan, selanjutnya timbul diare pula.
D. Pathofisiologi
Sebagai akibat diare baik akut maupun
kronik akan terjadi :
1.
Kehilangan
air dan elektrolit (terjadi dehydrasi) yang mengakibatkan gangguan keseimbangan
asam basah (asidosis metabolik, hopokalemia).
2.
Gangguan
gizi akibat kelaparan (masukan kurang, pengeluaran bertambah).
3.
Hipoglikemia
4.
Gangguan
sirkulasi darah
E. Gejala Klinik
Tergantung dari jenis diare, secara
umum gejalanya :
1.
BAB
lebih dari 4 kali dengan jumlah 200 – 250 gr.
2.
Anoreksia,
pucat, iretable.
3.
Vomoting,
kejang, feces encer.
4.
Terjadi
perubahan perilaku.
5.
Nyeri
saat BAB.
6.
Urine
out put menurun.
7.
Anus
dan sekitarnya lecet karena tinja menjadi asam.
8.
BB
menurun. Pada bayi ubun-ubun besar, cekung.
9.
Tonus
dan turgor kulit berkurang.
10. Selaput lendir mulut dan
bibir kering.
F.
Komplikasi
Akibat diare,
kehilangan cairan dan elektrolit secara mendadak dapat menjadi berbagai
komplikasi sebagai berikut :
1.
Dehydrasi
(ringan, sedang, berat, hipotonik, isotonik, atau hipertonik).
2.
Renjatan
hipovolemik.
3.
Hipokalemia
(dengan gejala meteorismus, hipotoni otot, lemah, bradikardia, perubahan
elektrokardiogram).
4.
Hipoglikemia.
5.
Intoleransi
sekunder akibat kerusakan vili mukosa usus dan defisiensi enzim laktose.
6.
Kejang,
terjadi pada dehydrasi hipertonik.
7.
Malnutrisi
energi protein (akibat muntah dan diare, jika lama atau kronik).
G. Pemeriksaan Penunjang
1.
Pemeriksaan
tinja: makroskopis dan mikroskopis, pH dan kadar gula jika diduga ada
intoleransi gula (sugar intolerance), biakan kuman untuk mencari kuman
penyebab dan uji resistensi terhadap berbagai antibiotika (pada diare
persisten).
2.
Pemeriksaan
darah: darah perifer lengkap, analisis gas darah dan elektrolit (terutama
natrium, kalium, kalsium dan phospor serum pada diare yang disertai kejang).
3.
Pemeriksaan
kadar ureum dan kreatinin darah untuk mengetahui faal ginjal.
4.
Duodenal
intubation untuk mengetahui kuman penyebab secara kuantitatif dan kualitatif
terutama pada diare kronik.
H.
Pengobatan
1.
Pemberian
cairan (rehidrasi awal dan rumat)
2.
Dietetik
(pemberian makanan)
3.
Obat-obatan
BAB II
TINJAUAN KEPERAWATAN
A.
Pengertian
Keperawatan
adalah ilmu dan kiat yang berkenaan dengan masalah-masalah fisik, psikologis,
sosiologis, udaya dan spiritual dari individu.
Ilmu keperawatan
didasarkan atas kerangka teori yang luas; kiatnya tergantung pada ketrampilan
merawat dan kemampuan perawat secara individual. Pentingnya perawat dalam
sistem perawatan kesehatan telah dikenal dalam banyak hal yang posiif, dan
profesi keperawatan itu sendiri sedang mengatakan kebutuhan untuk para
praktisinya agar menjadi profesional dan bertanggung jawab.
B. Proses Keperawatan
Proses
keperawatan pertama kali diperkenalkan pada tahun 1950-an sebagai proses yang
meliputi tiga tahap yaitu pengkajian, perencanaan, dan evaluasi yang
berdasarkan pada metode ilmiah yaitu mengobservasi, mengukur, mengumpulkan data
dan menganalisis temuan-temuan tertentu. Dengan penelitian, penggunaan data dan
perbaikaan selama bertahun-tahun telah menghantarkan perawat untuk memperluas
proses keperawatan menjadi 5 tahap yang memberikan metode proses berpikir yang
terorganisasi untuk pengambilan keputusan klinik, pemecahan masalah, dan
memberikan perawatan yang berkualitas, perawatan klien secara individual.
q
Tahap-tahap
proses keperawatan
Proses keperawatan terdiri dari 5
tahap yaang spesifik yaitu :
1.
Pengkajian
Pengkajian
adalah tahap awal dari proses keperawatan dan merupakan suatu proses yang
sistematis dalam pengumpulan data dari berbagai sumber data untuk mengevaluasi
dan mengidentifikasi status kesehatan klien. Hal-hal yang perlu dikaji pada
klien dengan diare dehydrasi adalah: a.
Data Subyektif;
-
Frekuensi
BAB 3 – 4 kali/hari atau lebih.
-
Napsu
makan berkurang.
-
Nyeri
perut.
-
Konsistensi
feces encer yang terjadi perubahan warna.
-
Mual.
-
Vomoting
-
Lemas,
lemah.
-
Orang
tua cemas
b.
Data
Obyektif
-
Feces
encer mungkin disertai lendir atau darah.
-
Anak
menjadi cengeng dan gelisah.
-
Suhu
badan meningkat (36ºC - 37ºC)
-
Muntah
-
Anus
dan daerah sekitarnya lecet/iritasi karena seringnya BAB.
-
BB
menurun.
-
Turgor
kulit menurun atau jelek.
-
Selaput
lendir dan bibir kering.
-
Peristaltik
meningkat.
2.
Diagnosa Keperawatan
Diagnosa
keperawatan adalah suatu pernyataan yang menjelaskan respon manusia (status
kesehatan atau resiko perubahan pola) dari individu atau kelompok dimana
perawat secara akuntabilitans dapat mengidentifikasi dan memberikan intervensi
secara pasti untuk menjaga status kesehatan menurun, membatasi, mencegah, dan
mengubah (A. Carpenito, 200)
v Tujuan diagnosa
keperawatan untuk mengidentifikasi;
1)
Masalah
dimana adanya respon klien terhadap status kesehatan atau penyakit.
2)
Faktor-faktor
yang menunjang atau menyebabkan suatu masalah (etiologis); dan
3)
Kemampuan
klien untuk mencegah atau menyelesaikan masalah.
v Langkah-langkah
menentukan diagnosa keperawatan
Langkah-langkah
dalam diagnosa keperawatan dapat dibedakan menjadi :
1)
Klasifikasi
dan analisa data.
2)
Interpretasi
data.
3)
Validasi
data.
4)
Penentuan
diagnosa keperawatan
Berdasarkan
hasil pengkajian, maka ditemukan beberapa diagnosa keperawatan dengan diare yaitu
:
1)
Gangguan
keseimbangan cairan elektrolit berhubungan dengan diare.
2)
Nutrisi
kurang dari kebutuhan berhubungan dengan intake yang tidak adekuat.
3)
Peningkatan
suhu tubuh berhubungan dengan proses inflamasi pada usus.
4)
Resiko
terjadi infeksi sekunder berhubungan dengan iritasi pada anus akibat diare.
5)
Resiko
terjadi kerusakan integritas kulit berhubungan dengan seringnya BAB.
6)
Gangguan
pola tidur berhubungan dengan peningkatan aktivasi RAS.
7)
Kecemasan
(orang tua) berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang penyakit anaknya.
3.
Intervensi Keperawatan
1)
Gangguan
keseimbangan cairan elektrolit berhubungan dengan diare.
Tujuan
: Klien dapat mempertahankan volume cairan yang adekuat dengan keseimbangan
input dan out put serta bebas dari tanda dehidrasi.
Intervensi
:
-
Observasi
TTV, takikardia dan demam. Kaji turgor kulit dan kelembabab membran mukosa.
Rasional
: Merupakan indikator adanya
dehidrasi/hipovolemia dan untuk menentukan intervensi selanjutnya.
-
Pantau
input dan out put cairan, catat/ukur diare dan kehilangan cairan melalui oral.
Rasional
: Untuk mengidentifikasi tingkat
dehidrasi dan pedoman untuk penggantian cairan .
-
Penuhi
kebutuhan cairan individu dengan menentukan jadwal pemberian.
Rasional
: Pemberian cairan yang teratur dapat
membantu mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit klien .
-
Timbang
BB klien secara teratur/sesuai jadwal.
Rasional
: Penurunan BB menunjukan adanya
kehilangan cairan yang berlebihan .
-
Anjurkan
ibu klien untuk meningkatkan masukan oral bila mampu.
Rasional
: Memungkinkan penghentian tindakan
dukungan cairan invasif dan membantu mengembalikan fungsi usus normal.
-
Berikan
cairan tambahan infus sesuai indikasi.
Rasional
: Menggantikan kehilangan cairan dan
memperbaiki keseimbangan cairan.
-
Observasi
tetesan infus secara ketat.
Rasional : Memberikan
informasi tentang status cairan. Kecenderungan keseimbangan cairan negatif
dapat menunjukan terjadinya defisit.
-
Penatalaksanaan
pemberian obat sesuai instruksi.
Rasional
: Mempercepat proses penyembuhan dan
berguna untuk meminimalkan kehilangan cairan.
2)
Nutrisi
kurang dari kebutuhan berhubungan dengan intake yang tidak adekuat.
Tujuan
: Klien akan mempertahankan intake makanan dan minuman yang adekuat untuk
mepertahankan berat badan dalam rangka pertumbuhan dengan kriteria hasil porsi
makan dihabiskan, BB meningkat atau dipertahankan.
Intervensi
:
-
Buat
jadwal masukan tiap jam, anjurkan mengukur cairan atau makanan dan minuman
sedikit demi sedikit.
Rasional
: Pemberian makanan dan minuman yang
teratur dapat membantu mempertahankan keseimbangan nutrisi klien.
-
Timbang
berat badan setiap hari atau sesuai dengan indikasi.
Rasional:
Merupakan indikator terhadap asupan
makanan yang adekuat.
-
Auskultasi bising usus, catat
adanya nyeri abdomen.
Rasional
: Gangguan keseimbangaan cairan
elektrolit dapat menurunkan motilitas/fungsi lambung.
-
Berikan makanan cair yang
mengandung zat makanan dan elektrolit dengan segera jika klien dapat
mentoleransinya melalui pemberian cairan oral.
Rasional
: Pemberian
makanan melalui oral lebih baik jika klien sadar dan fungsi
ganstrointestinalnya baik.
-
Libatkan keluarga (ibu klien) pada
perencanaan makanan sesuai indikasi.
Rasional : Meningkatkan
rasa keterlibatan keluarga dalam perawatan klien dan memberikan informasi untuk
memahami kebutuhan nutrisi pasien.
3)
Peningkatan
suhu tubuh berhubungan dengan proses inflamasi pada usus.
Tujuan : Anak
menunjukan suhu tubuh dalam batas normal (36-37˚C)
Intervensi
:
-
Pantau
suhu tubuh klien setiap 1 jam, perhatikan apakah klien menggigil.
Rasional : Untuk memantau peningkatan suhu tiba-tiba. Suhu 38,9˚ C – 41,1˚
C menunjukan proses infeksi. Menggigil sering mendahului puncak peningkatan
suhu.
-
Pertahankan
lingkungan yang sejuk.
Rasional : Suhu ruangan harus diubah untuk mempertahakan suhu mendekati
normal.
-
Beri
kompres hangat dan hindari penggunaan alkohol/es.
Rasional : Membantu mengurangi demam. Alkohol / air es dapat menyebabkan
kedinginan dan mengeringkan kulit.
-
Kolaborasi
untuk memberikan antipiretik (asetaminofen, ibuprofen) sesuai indikasi.
Rasional : Mengurangi demam dengan aksi sentral pada hipotalamus.
4)
Resiko
terjadi infeksi sekunder berhubungan dengan iritasi pada anus akibat diare.
Tujuan
: Tidak terjadi infeksi sekunder dengan kriteria klien bebas dari tanda-tanda
infeksi sistemik atau lokal.
Intervensi
:
-
Pertahankan
keadaan kulit sekitar anus tetap kering dan bersih.
Rasional
: Mencegah terjadinya kontaminasi dan
penyebaran bakteri dan kontaminasi silang.
-
Pertahankan
teknik aseptik dalam melakukan tindakan invasif.
Rasional
: Menurunkan resiko terjadinya infeksi
silang.
-
Kolaborasi
untuk pemberian antimikrobial/antibiotik sesuai indikasi.
Rasional
: Menurunkan kolonisasi bakteri atau
jamur disekitar anus.
-
Libatkan
keluarga dalam program perawatan klien untuk mempertahankan kulit tetap kering.
Rasional
: Membantu meningkatkan peran keluarga
dan memberikan pemahaman tentang perawatan klien.
5)
Resiko
terjadi kerusakan integritas kulit berhubungan dengan seringnya BAB.
Tujuan
: Klien dapat mempertahankan integritas kulit dalam keadaan normal.
Intervensi
:
-
Pertahankan
keadaan kulit sekitar anus tetap kering dan bersih.
Rasional
: Mencegah terjadinya kontaminasi dan
iritasi.
-
Berikan
perawatan kulit secara rutin, observasi pakaian klien agar tetap kering dan
steril.
Rasional
: Mencegah terjadinya kerusakan dan
meningkatkan penyembuhan.
-
Pertahankan
keadaan kulit sekitar anus tetap kering dan bersih. Observasi ketat pada
lipatan kulit
Rasional
: Kelembaban atau akskroriasi
meningkatkan pertumbuhan bakteri yang dapat menyebabkan infeksi.
-
Ajarkan
kepada keluarga untuk tidak memberikan tekanan pada bagian tubuh tertentu.
Rasional
: Menurunkan tekanan sehingga dapat
meningkatkan sirkulasi perifer dan menurunkan resiko kerusakan kulit.
6)
Gangguan
pola tidur berhubungan dengan peningkatan aktivasi RAS.
Tujuan
: Klien dapat beristirahat dan tidur sesuai dengan kebutuhan secara teratur.
Intervensi :
-
Kaji kebiasaan tidur dan perubahan
yang terjadi.
Rasional: Mengidentifikasi
dan menentukan intervensi yang tepat.
-
Ciptakan tempat tidur yang nyaman.
Rasional: Meningkatkan
kenyamanan tidur serta dukungan fisiologi – psikologis.
-
Ciptakan lingkungan yang kondusif
dengan mengurangi kebisingan.
Rasional: Memberikan
situasi yang kondusif untuk tidur/istirahat.
-
Hindari mengganggu klien bila
mungkin (misalnya; membangunkan untuk obat dan terapi)
Rasional: Tidur tanpa gangguan
lebih menimbulkan rasa segar dan klien mungkin tidak dapat tidur setelah di
bangunkan.
7)
Kecemasan
(orang tua) berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang penyakit anaknya.
Tujuan
: Kecemasan orang tua berkurang yang
ditandai dengan meningkatnya kemampuan mereka dalam mendampingi dan memberi
dukungan pada anak dengan menjelaskan kondisinya.
Intervensi
:
-
Berikan
informasi yang adekuat pada orang tua dan keluarga.
Rasional : Informasi yang adekuat merupakan suatu aspek penting dalam membantu
proses perawatan klien.
-
Biarkan
orang tua tetap mendampingi klien selama hospitalisasi.
Rasional : Orang tua dapat mengetahui perkembangan informasi tentang
kondisi anaknya.
-
Kaji
pehaman orang tua tentang kondisi anaknya dan gambaran perawatan.
Rasional : Mengetahui seberapa jauh pemahaman orang tua tentang konsi
anaknya dan gambaran perawatan sehingga dapat membantu dalam melaksanakan
intervensi selanjutnya.
-
Jelaskan
semua prosedur pada orang tua (keluarga).
Rasional : Untuk meminimalkan rasa takut/cemas terhadap hal-hal yang tidak
diketahui.
-
Beri
dukungan emosional pada orang tua selama
anak masih dirawat di RS.
Rasional : Diharapkan orang tua dapat mengenal dan menghadapi rasa cemas
dengan adanya dukungan dan konseling.
DAFTAR PUSTAKA
1.
Arif Mansjoer, 2005, Kapita
Salekta Kedoktern, Edisi 3 Jilid 2, EGC, Jakarta.
2.
Brunner & Suddarth, 2002, Keperawatan
Medikal Bedah, Edisi 8 Vol. 2, EGC, Jakarta.
3.
Doenges, moorhouse & Burley,
2001, Penerapan Proses Keperawatan dan Diagnosa Keperawatan,
Edisi 2, EGC, Jakarta.
4.
Widoyono, 2008, Penyakit
tropis, EGC, Jakarta
5.
Buku Kuliah 1 Ilmu Kesehatan
Anak, 2007, Fakultas Kedokteran UI, Infomedika
Jakarta,
6.
http://maidun-gleekapay.blogspot.com/2010/02/laporan-pendahuluan-diare.html.
Akses 7 Januari 2012
LAPORAN PENDAHULUAN
KEBUTUHAN CAIRAN DAN
ELEKTROLIT
A. Pengertian Cairan
Cairan adalah
volume air bisa berupa kekurangan atau kelebihan air.
Air tubuh lebih banyak meningkat
tonisitus adalah terminologi guna perbandingan osmolalitas dari salah satu
cairan tubuh yang normal. Cairan tubuh terdiri dari cairan eksternal dan cairan
internal. Volume cairan intrasel tidak dapat diukur secara langsung dengan prinsip
difusi oleh karena tidak ada bahan yang hanya terdapat dalam cairan intrasel.
Volume cairan intrasel dapat diketahui dengan mengurangi jumlah cairan
ekternal, terdiri dari cairan tubuh total.
Cairan
eksternal terdiri dari cairan tubuh total :
-
Cairan
interstitiel: bagian cairan ekstra sel yang ada diluar pembulu darah.
-
Plasma
darah
-
Cairan
transeluler, cairan yang terdapat pada rongga khusus seperti dalam pleura,
perikardium, cairan sendi, cairan serebrospinalis.
☻ Pertukaran cairan tubuh
1.
Pemasukan
:
Cairan tubuh
sebagian besar berasal dari makanan dan minuman setiap hari dan sebagian kecil
berasal dari proses oksidasi H2 dalam makanan.
2.
Pengeluaran
:
Pengeluaran
cairan terjadi melalui organ-organ seperti;
a.
Ginjal
-
Merupakan
pengatur utama keseimbangan cairan yang menerima 170 liter darah untuk disaring
setiap hari.
-
Produksi
urine untuk semua usia 1 ml/kg/jam.
-
Pada
orang dewasa produksi urine sekitaar 1,5 liter/hari.
-
Jumlah
urine yang diproduksi oleh ginjal dipengaruhi oleh ADH dan aldosteron.
b.
Kulit
-
Hilangnya
cairan melalui kulit diatur oleh saraf simpatis yang merangsang aktivitas
kelenjar keringat.
-
Rangsangan
kelenjar keringat dapat dihasilkan dari aktivitas otot, temperatur lingkungan
meningkat dan demam.
c.
Paru-paru
Meningkatnya cairan hilang sebagai
respon terhadap perubahan kecepatan dan kedalaman napas akibat pergerakan atau
demam.
d.
Gastrointestinal
Dalam kondisi normal cairan yang
hilang dari gastrointestinal setiap hari sekitar 100 – 1200 ml.
☻ Gangguan keseimbangan
cairan pada defisit cairan yaitu :
a
Isotonis
Bila sel dimasukan kedalam suatu
larutan tanpa menyebabkan sel membengkak atau mengkerut disebut larutan
isotonis.
b
Hipotonis
Larutan yang bila dimasukan
kedalamnya akan menyebabkan sel menjadi bengkak.
c
Hipertonis
Larutan yang menyebabkan sel mengkerut
jika dimasukan kedalam larutan tadi.
☻ Pengaturan keseimbangan
cairan
a.
Rasa
dahaga
Mekanisme
rasa dahaga :
1.
Penurunan
fungsi ginjal merangsang pelepasan renin, yang pada akhirnya menimbulkan
produksi angiotensin II yang dapat merangsang hipothalamus untuk melepaskaan
substrat neural yang bertanggung jawab terhadap sensasi haus.
2.
Osmoreseptor dihipothalamus mendeteksi
peningkatan osmotik dan mengaktivasi jaringan saraf yang dapat mengakibatkan
sensasi rasa dahaga.
b.
Antidiuretik
Hormon
ADH dibentuk
dihipofisis dan disimpan didalam neuro hipofisis dari hipofisis posterior
stimulasi utaama untuk sekresi ADH adalah peningkatan osmolalitas dan penurunan
cairan ekstra sel. Hormon ini meningkatkan reabsorbsi air pada ductus
koligentes, dengan demikin dapat menghemat air.
c.
Aldosteron
Hormon ini disekresi oleh kelenjaar
adrenal yang bekerja pada tubulus ginjal untuk meningkatkan absorbsi natrium.
Pelepasan aldosteron dirangsang oleh perubahan konsentrasi kalium natrium serum
dan sistem angiotensin renin dan sangat efektif dalam mengendalikan
hiperkalemia.
B. Pengertian Elektrolit
Elektrolit
adalah substansi yanag menyebabkan ion kation (+) dan anion (-). Ada tiga
cairan elektrolit yang paling esensial yaitu :
1.
Kation
(K ) fungsinya;
-
Untuk
transmisi dan konduksi impuls saraf.
-
Kontraksi
otot rangka, otot polos dan otot jantung.
2.
Natrium
(Na )
Kation utama
dari pada cairan ekstra seluler juga dijumpai dalam pada dan jaringan.
-
Merupakan
kation paling banyak yang terdapat pada cairan ekstra sel.
-
Natrium
mempengaruhi keseimbangan air, hantaran impuls saraf dan kontraksi otot.
-
Sosdium
diatur intake garam., aldosteron dan pengeluaran urine normalnya sekitar 135
dan 148 mEq / 1 liter
3.
Kalsium
(Ca ), fungsinya :
-
Membanu
aktifitas saraf dan otot normal.
-
Meningkatkan
kontrasi otot jantung.
-
Berguna
untuk integritas kulit dan sel, konduksi jantung, pembekuan darah, serta
pembentukan tulang-tulang dan gigi.
☻ Gejala klinis kekurangan
elektrolit:
-
Haus
-
Anoreksia
-
Perubahan
tanda-tanda vital
-
Lemas
atau pucat
-
Anak
rewel
-
Kejang-kejang
-
Kulit
dingin
-
Rasa
malas
☻ Faktor-faktor yang
mempengaruhi kebutuhan cairan elektrolit :
1.
Usia
Variasi usia
berkaitan dengan luas permukaan tubuh, metabolisme yang diperlukan dan berat
badan.
2.
Temperatur
lingkungan
Panas yang
berlebihan menyebabkan berkeringat. Seseorang dapat mengalami kehilangan NaCl
sebanyak 15 – 30 gr/hr.
3.
Diet
Pada saat
nutrisi kekurangan nutrisi, tubuh akan memecah cadangan energi, proses ini akan
menimbulkan pegerakan cairan dari intertistial keintra seluler.
4.
Keadaan
sakit
Keadaan pembedahan, trauma jaringan,
kelainan ginjal dan jantung, gangguan hormon akan menganggu keseimbangan
cairan.
5.
Situasi
stres
Stres dapat menimbulkan peningkatan
metaabolisme sel, konsentrasi darah dan glikolisis otot, mekanisme ini dapat
menimbulkan retensi sodium dan air. Proses ini dapat meningkatkan produksi ADH
dan menurunkan produksi urine.
Penatalaksanaan
:
1.
Penatalaksanaan medis utama
diarahkan pada pengendalian atau pengobatan penyakit dasar. Obat-obatan
tersebut misalnya; prednison yang dapat mengurangi beratnya diare dan penyakit.
2.
Untuk diare ringan cairan oral dengan segera
ditingkatkan dan glukosa oral serta larutan elektrolit dapat diberikan untuk
rehydrasi pasien.
3.
Untuk diare sedang, akibat sumber
non infeksius, obat-obatan tidak spesifik seperti defenosiklat (lomotil) dan
loperamit (imodium) juga diberikan untuk menurunkan motilitas.
4.
Preparat anti mikrobial diberikan
bila preparat infeksius telah teridentifiksi atau bila diare sangat berat.
5.
Terapi cairan intra vena mungkin
diperlukan untuk hydrasi cepat, khususnya untuk anak kecil dan lansia.
TINJAUAN KASUS
I.
Identitas
A.
Data Biografi
1.
Nama : An.” J “
2.
Umur : 4 bulan
3.
Jenis
kelamin : Perempuan
4.
Alamat : Jl. Dangko
No. 125
5.
Agama : Islam
6.
Suku/bangsa : Makassar / Indonesia
7.
Pendidikan : -
8.
Status
perkawinan : Belum kawin
9.
Tanggal
masuk : 09 Agustus
2005
10. Tanggal pengkajian : 09 Agustus 2005
11. Diagnosa medik : Diare
12. No. medikal record : 07 99 25
B.
Data Penanggung Jawab
1.
Nama : Ny.” S “
2.
Umur : 26 tahun
3.
Alamat : Jl. Dangko
No. 125
4.
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
5.
Hubungan
dengan klien : Ibu kandung
II.
Riwayat Kesehatan
1.
Keluhan Utama : Berak-berak
Riwayat
keluhan utama :
Ibu klien
mengatakan bahwa klien mengalami berak-berak lebih dari 5 kali sehari disertai
dengan muntah sejak hari senin pagi tanggal 8 agustus 2005. Keadaan ini dialami
tanpa diketahui apa penyebabnya sampai klien dibawa ke RS. Menurut ibu klien,
belum ada pengobatan yang diberikan kepada anaknya, dan klien akan merasa enak
bila diteteki.
2.
Riwayat Kesehatan Masa Lalu :
Menurut
ibu klien, penyakit ini baru dialami pertama kali. Sebelumnya klien pernah menderita flu dan batuk ringan tetapi
tidak sampai dirawat di RS. Klien juga mempunyai riwayat alergi terhadap
keringat dan telah mendapat imunisasi BCG dan hepatitis I dan II.
3.
Informasi Kesehatan Sekarang :
Klien
tidak alergi terhadap obat-obatan dan klien juga tidak punya kebiasaan
tertentu.
4.
Riwayat Kesehatan Keluarga :
Genogram
3 generasi
|
G 1
G 11 ? ? 27 26
20 16 9
G111 6 3 4
Keterangan :
: Laki-laki :
Tinggal serumah
: Perempuan X :
Meninggal
: Klien ? : Tidak diketahui
G 1 : Kakek dan nenek klien baik dari pihak ayah dan ibu masih hidup
tetapi tidak tinggal serumah dengan klien, hanya kakek dari pihak ayah yang
tinggal serumah dengan klien.
G 11 : Ayah dan ibu klien
tidak pernah menderita penyakit yang sama dengan klien dan berbadan sehat.
Hubungan orang tua
klien dengan anggota keluarga yang lain harmonis.
G111 : Klien adalah anak
ketiga dari 3 bersaudara. Kedua saudara kandung klien tidak pernah menderita
penyakit yang sama dengan klien.
III.
Keadaan Umum
A.
Penampilan
Klien
nampak lemah dan pucat.
B.
Kesadaran
Klien
dalam keadaan sadar dan bisa diajak bermain tapi kadang-kadang klien menangis.
C.
Tanda-tanda vital :
N : 130 x/mnt
S : 38,4 º C
P : 46 x/menit
Atropometri
:
BB : 6,2 kg
PB : 62 cm
LLA : 16 cm
LLB : 14 cm
LK : 42 cm
LP : 43 cm
IV.
Pemeriksaan Fisik
A.
Kepala
Inspeksi :
-
Kulit kepala bersih tidak ada
luka, dan berbentuk mesocepalus.
-
Rambut baru mulai tumbuh.
Palpasi :
-
Tidak ada massa.
-
Rambut tidak mudah tercabut.
B.
Mata
Inspeksi :
-
Mata nampak cekung.
-
Konjungtiva nampak anemis.
-
Sklera mata putih.
-
Bola mata mengikuti arah telunjuk.
Palpasi :
-
Tidak ada penonjolan bola mata.
C.
Kulit
Inspeksi :
-
Warna kulit sawo matang.
Palpasi :
-
Turgor kulit jelek.
D.
Telinga
Inspeksi :
-
Pendengaran klien baik dan tidak
menggunakan alat bantu.
-
Bentuk telinga simetris kiri dan
kanan.
-
Tidak nampak cairan.
E.
Hidung
Inspeksi :
-
Bentuk hidung simetris kiri dan
kanan.
-
Klien tidak menggunakan pernapasan
cuping hidung.
-
Lubang hidung nampak kotor.
Palpasi :
-
Tidak ditemukan benjolan
F.
Mulut
Inspeksi :
-
Bibir klien tidak nampak kering.
-
Gigi belum tumbuh.
-
Tidak ada perdarahan pada gusi.
G.
Leher
Inspeksi :
-
Tidak ada pembesaran pada kelenjar
tiroid.
Palpasi :
-
Tidak ada massa.
H.
Dada dan Paru
Inspeksi :
-
Bentuk dada simetris kiri dan
kanan.
-
Gerakan dada mengikuti pernapasan.
-
Retraksi subcostal tidak nampak.
-
Frekuensi pernapasan 46 x/menit.
-
Tidak terjadi retraksi dinding
dada.
Palpasi :
-
Tidak teraba massa.
Auskultasi
:
-
Tidak ada bunyi napas tambahan.
I.
Abdomen
Inspeksi :
-
Bentuk abdomen simtris kiri dan
kanan.
-
Gerakan perut mengikuti gerakan
napas.
-
Warna kulit abdomen sawo matang.
Palpasi :
-
Tidak teraba adanya masa.
Auskultasi
:
-
Peristaltik ↑ 17 x/menit.
Perkusi :
-
Terdengar bunyi timpani.
J.
Genitalia
Inspeksi :
-
Nampak kemerahaan disekitar anus
dan alat kelamin.
-
Turgor kulit disekitar genitalia
jelek.
K.
Ekstremitas
1)
Ekstremitas atas
Inspeksi :
-
Tidak terdat kelainan.
-
Keadaan jari-jari dan kuku normal.
-
Nampak terpasang infus KAEN – 3B
36 tetes/menit.
2)
Ekstremitas bawah
Inspeksi :
-
Tidak terdapat kelainan.
-
Tidak ada edema.
-
Kekuatan otot-otot untuk
menggerakan baik.
Pola
Aktivitas Sehari-hari
A.
Nutrisi
No.
|
Jenis Kegiatan
|
Sebelum Sakit
|
Saat Sakit
|
1
2.
|
Makan
Napsu makan
Porsi makan
Frekuensi makan
Menu
Minum
Jenis air minum
Sumber air
Frekuensi
Jumlah
|
Baik
Dihabiskan
3 kali sehari
SUN beras merah
ASI, air putih
Ledeng
Tidak tentu
¼ gelas
|
Kurang
Tidak dihabiskan
2 kali sehari
SUN beras merah
ASI,
air putih
Ledeng
Tidak
tentu
¼
gelas
|
b.
Eliminasi
No
|
Jenis kegiatan
|
Sebelum sakit
|
Saat sakit
|
1.
2.
|
BAB
Tempat
Frekuensi
Konsistensi
Warna
BAK
Tempat
Frekuensi
Warna
|
Celana
2 kali sehari
Lembek
Kuning
Celana
Tidak tentu
Kuning
|
Celana
Lebih dari 5 x/hari
Cair / encer
Kuning
kehijau-hijauan
Celana
Tidak tentu
Kuning
|
v Istirahat dan Tidur
No
|
Jenis
kegiatan
|
Sebelum
sakit
|
Saat
sakit
|
1.
2.
|
Siang
Waktu
Kebiasaan
sebelum tidur
Tempat
Malam
Waktu
Kebiasaan
sebelum tidur
Tempat
|
Pkl. 13.00
Menetek dan
dinina-bobokan
Ayunan
19.00
Menetek dan
dinina-bobokan
Ayunan
|
Tidak tentu
Menetek dan
dinina-bobokan
Kasur
Tidak tentu
Menetek dan
dinina-bobokan
Kasur
|
PENGKAJIAN
KEBUTUHAN CAIRAN DAN ELEKTROLIT
1.
Riwayat kebutuhan cairan dan
elektrolit;
a.
Riwayat kesehatan masa lalu
1.
Pola
intake cairan dan makanan yang dikonsumsi dalam 24 jam
ð Jenis air minum : ASI
2.
Pola
pengeluaran cairan
ð Banyak mengeluarkan
cairan melalui BAB
3.
Pernah
menderita penyakit flu dan batuk ringan.
b.
Riwayat kesehatan saat ini
1.
Ada tanda-tanda dehidrasi;
-
Klien nampak lemah
-
Klien nampak pucat
-
Mata cekung
-
BAB 5 kali / hari dengan
konsistensi cair / encer.
-
Turgor kulit jelek.
2.
Pengobatan / cairan yang
diberikan;
-
Cairan infus KAEN – 3B 36 tetes /
menit.
-
Obatnya : Vomitrol 3 x ¼
3.
Pengukuran tanda-tanda vital
Nadi : 130 x/mnt
Suhu : 38,4 º C
Pernapasan:
46 x/mnt.
DATA FOKUS
Nama :
Nn. “I”
No. Med. Rec :
123489
Ruangan :
Al-Fajar RSU. Haji Makassar
Data
Subyektif
|
Data
Obyektif
|
-
Ibu klien mengatakan anaknya BAB
> 5 kali / hari disertai muntah
-
Ibu klien mengatakan anaknya
merasa lemas.
-
Ibu klien mengatakan anaknya
tidak seceria sebelum ia sakit.
|
-
Klien tampak lemah.
-
Klien nampak pucat.
-
Mata cekung.
-
Turgor kulit jelek.
-
BAB > 5 x/hr dengan
konsistensi BAB cair / encer.
-
TTV :
N : 130 x/mnt
S : 38,4 ºC
P : 46 x/mnt
BB : 6,2 kg
-
Tampak terpasang infus KAEN – 3B
36 tetes / menit.
|
ANALISA
DATA
Nama :
Nn “I”
No. Med. Rec :
123489
Ruangan :
Al-Fajar RSU. Haji Makassar
Data
|
Etiologi
|
Masalah
|
DS :
-
Ibu klien mengatakan anaknya BAB
> 5 kali / hari disertai muntah.
-
Ibu klien mengatakan anaknya
merasa lemas.
-
Ibu klien mengatakan anaknya
tidak seceria sebelum ia sakit.
DO :
-
Klien tampak lemah.
-
Klien nampak pucat.
-
Mata cekung.
-
Turgor kulit jelek.
-
BAB > 5 x/hr dengan
konsistensi BAB cair / encer.
-
TTV :
N : 130 x/mnt
S : 38,4 ºC
P : 46 x/mnt
BB : 6,2 kg
-
Tampak terpasang infus KAEN – 3B
36 tetes / menit.
|
Invasi bakteri kedalam saluran intestinal
Mengiritasi usus
Peristaltik usus meningkat
Transit chyme untuk absorbsi
terganggu
Sari-sari makanan
sulit diserap
air dan garam mineral
terbawa kedalam usus
cairan dan elektrolit
terbuang melalui feces
gangguan keseimbangan
cairan dan elektrolit
|
Gangguan
keseimbangan
cairan
elektrolit.
|
DIAGNOSA KEPERAWATAN
Nama :
An. “J”
No. Med. Rec :
07 99 25
Ruangan :
P. Anak RSU. Haji Makassar
Diagnosa
Keperawatan
|
Tanggal
ditemukan
|
Tanggal
teratasi
|
Gangguan
keseimbangan
cairan elektrolit berhubungan dengan
diare.
|
09
Agustus 2005
|
-
|
RENCANA
TINDAKAN
Nama : An. “J”
No. Med. Rec : 07 99 25
Ruangan : P. Anak RSU. Haji Makassar
NDx dan Data
|
Tujuan
|
Intervensi
|
Rasional
|
Gangguan
keseim-bangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan diare., yang ditandai
dengan :
DS :
-
Ibu klien menga-takan anaknya
BAB > 5 kali/hari disertai muntah.
-
Ibu klien menga-takan anaknya
merasa lemas.
-
Ibu klien menga-takan anaknya
tidak seceria sebelum ia sakit.
DO :
-
Klien tampak lemah.
-
Klien nampak pucat.
-
Mata cekung.
-
Turgor kulit jelek.
-
BAB > 5 x/hr cair / encer.
-
TTV :
N : 130 x/mnt
S : 38,4 ºC
P : 46 x/mnt
BB : 6,2 kg
-
Tampak terpasang infus KAEN – 3B
36 tetes / menit.
|
Kebutuhan
cairan dan elektrolit klien terpenuhi, dengan kriteria hasil :
-
BAB 1 x/hr.
-
Klien ceria.
-
Keadaan umum baik.
-
Mata tidak cekung
-
BAB dengan konsistensi lembek.
-
Turgor kulit baik.
|
1.
Observasi TTV, takikardia dan demam. Kaji turgor kulit dan
kelembaban membran mukosa.
2.
Pantau input dan out put cairan,
catat / ukur diare dan kehilangan cairan melalui oral.
3.
Penuhi kebutuhan cairan individu
dengan menen-tukan jadwal pemberian.
4.
Timbang BB klien secara teratur
/ sesuai jadwal.
5.
Anjurkan ibu klien untuk
meni-ngkatkan masu-kan oral bila mampu.
6.
Berikan cairan tambahan infus
sesuai indikasi.
7.
Observasi tetesan infus.
8.
Penatalaksanaan pemberian obat
sesuai instruksi
|
Merupakan
indikator adanya dehidrasi / hipovolemia dan untuk menentukan intervensi
selanjutnya.
Untuk
mengidentifi-kasi tingkat dehi-drasi dan pedoman untuk penggantian cairan.
Pemberian
cairan yang teratur dapat membantu memper-tahankan keseim-bangan cairan dan
elektrolit klien.
Penurunan BB
menunjukan adanya kehilangan cairan yang berlebihan.
Memungkinkan
penghentian tindakan dukungan cairan invasif dan membantu mengem-balikan
fungsi usus normal.
Menggantikan
kehilangan cairan dan memperbaiki keseimbangan cairan
Memberikan
infor-masi tentang status cairan. Kecenderu-ngan keseimbangan cairan negatif
dapat menunjukan terjadi-nya defisit.
Mempercepat
proses penyembuhan dan berguna untuk meminimalkan kehilangan cairan.
|
CATATAN
TINDAKAN
Nama : An. “J”
No. Med. Rec : 07 99 25
Ruangan : P. Anak RSU. Haji Makassar
Hari/tgl
|
NDx
|
Jam
|
Implementasi dan Hasil
|
Rabu,
10 Agustus 2005
Kamis,
11 Agustus 2005
Jumat,
12 Agustus 2005
|
1
1
1
|
14.00
08.00
21.00
|
1.
Observasi TTV, takikardia dan
demam. Kaji turgor kulit dan kelembaban membran mukosa.
Hasil:
N ; 130 x/mnt, P; 46 x/mnt, S; 38,4 ºC. Turgor kulit jelek, membran
mukosa tampak kering.
2.
Pantau input dan out put cairan,
catat / ukur diare dan kehilangan cairan melalui oral.
Hasil: Klien minum air putih ½ gelas
sehari dan infus RL. Klien BAB > 5 x/hr.
3.
Penuhi kebutuhan cairan individu
dengan menentukan jadwal pemberian.
Hasil: Klien minum ASI ditambah air
putih dengan waktu yang tidak tentu. Terpasang infus Kaen-3B dengan kecepatan
36 tetes / menit.
4.
Anjurkan ibu klien untuk
meningkatkan masukan oral bila mampu.
Hasil: Klien minum rata-rata ½ gelas air
putih/hr ditambah ASI.
5.
Berikan cairan tambahan
infus sesuai indikasi.
Hasil: Terpasang infus Kaen-3B dengan
kecepatan 36 tetes / menit.
6.
Observasi tetesan infus.
Hasil: Infus Kaen-3B berjalan lancar dengan kecepatan 36 tetes /
menit.
7.
Penatalaksanaan pemberian
obat sesuai instruksi
Hasil: Klien diberi obat .
1.
Timbang BB klien secara teratur
/ sesuai jadwal.
Hasil: BB klien 6,2 kg.
2.
Observasi TTV, catat perubahan
TD, takikardia dan demam. Kaji turgor kulit dan kelembaban membran mukosa.
Hasil:
N ; 130 x/mnt, P; 46 x/mnt, S; 38,4 ºC. Turgor kulit jelek, membran
mukosa tampak kering.
3.
Pantau input dan out put cairan,
catat / ukur diare dan kehilangan cairan melalui oral.
Hasil: Klien minum air putih ½ gelas
sehari dan infus RL. Klien BAB > 5 x/hr.
4.
Penuhi kebutuhan cairan individu
dengan menentukan jadwal pemberian.
Hasil: Klien minum ASI ditambah air
putih dengan waktu yang tidak tentu. Terpasang infus Kaen-3B dengan kecepatan
36 tetes / menit.
5.
Anjurkan ibu klien untuk
meningkatkan masukan oral bila mampu.
Hasil: Klien minum rata-rata ½ gelas air
putih/hr ditambah ASI.
6.
Penatalaksanaan pemberian
obat sesuai instruksi
Hasil: Klien diberi obat.
1.
Observasi TTV, catat perubahan
TD, takikardia dan demam. Kaji turgor kulit dan kelembaban membran mukosa.
Hasil:
N ; 130 x/mnt, P; 46 x/mnt, S; 38,4 ºC. Turgor kulit jelek, membran
mukosa tampak kering.
2.
Pantau input dan out put cairan,
catat / ukur diare dan kehilangan cairan melalui oral.
Hasil: Klien minum air putih ½ gelas
sehari dan infus RL. Klien BAB > 5 x/hr.
3.
Penuhi kebutuhan cairan individu
dengan menentukan jadwal pemberian.
Hasil: Klien minum ASI ditambah air
putih dengan waktu yang tidak tentu. Terpasang infus Kaen-3B dengan kecepatan
36 tetes / menit.
4.
Anjurkan ibu klien untuk
meningkatkan masukan oral bila mampu.
Hasil: Klien minum rata-rata ½ gelas air
putih/hr ditambah ASI.
|
CATATAN
PERKEMBANGAN
Nama : An. “J”
No. Med. Rec : 07 99 25
Ruangan : P. Anak RSU. Haji Makassar
Hari/tgl
|
NDx
|
Jam
|
Evaluasi
|
Rabu,
10 Agustus 2005
Kamis,
11 Agustus 2005
Jumat,
12 Agustus 2005
|
1
1
1
|
15.00
09.00
22.00
|
S
: Ibu klien mengatakan anaknya BAB
> 5 kali sehari disertai muntah.
O : Klien nampak pucat, mata cekung, turgor
kulit jelek. Keadaan umum klien tampak lemah
A :
Masalah belum teratasi
P :
Lanjutkan intervensi 1 s/d 8
S : Ibu
klien mengatakan anaknya BAB 3 kali sehari.
O : Klien nampak pucat, mata cekung, turgor
kulit mulai membaik. Keadaan umum klien masih lemah
A :
Masalah sebagian teratasi
P :
Lanjutkan intervensi
1.
Observasi TTV, turgor kulit dan
kelembaban membran mukosa.
2.
Pantau input dan out put cairan,
catat / ukur diare dan kehilangan cairan melalui oral.
3.
Penuhi kebutuhan cairan individu
dengan menentukan jadwal pemberian.
5. Anjurkan ibu klien untuk meningkatkan
masukan oral bila mampu.
8. Penatalaksanaan pemberian obat sesuai
instruksi.
S
: Ibu klien mengatakan anaknya BAB 1
kali sehari dengan konsistensi lembek.
O : Klien nampak, mata tidak cekung, turgor
kulit baik, keadaan umum baik, BAB dengan konsistensi lembek.
A :
Masalah teratasi
P : Intervensi
selesai
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar