Kamis, 28 November 2013

ASKEP HEPATITIS

BAGIAN      : KEPERAWATAN

PROGRAM : S1 kep

STIKES MEGA REZKY MAKASSAR         

LaporanPendahuluan

02    Januari 2012

HEPATITIS








SRIANTO HARDIAWAN
103145105074





             CI   LAHAN                         CI   INSTITUSI                        CI   INSTITUSI





  (                                            )        ( Ns. Marhama, S.Kep)                    (                               )



PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

STIKES MEGA REZKY

MAKASSAR

2012



 

BAB I
TINJAUAN TEORI

1.    Defenisi
Hepatitis merupakan peradangan dari parenchyma hati yang akut dan menyeluruh yang dapat diakibatkan karena virus, bakteri, toksin, obat atau alkohol yang berlebihan (Asuhan Keperawatan, Nugroho T, 2011).
Hepatitis virus merupakan penyakit infeksi yang penyebarannya luas dalam tubuh, walaupun efek yang terjadi pada hati. Telah ditemukan lima kategori virus yang menjadi agen penyebab:
1.    Virus Hepatitis A (HAV)
2.    Virus Hepatitis B (HBV)
3.    Virus Hepatitis C (HCV)
4.    Virus Hepatitis D (HDV)
5.    Virus Hepatitis E (HEV)

2.    Etiologi
a.    Virus (penyebab terbanyak)
b.    Bakteri (Salmonella typi)
c.    Obat-obatan
d.    Racun (hepatoksik)
e.    Alkohol

3.    Patofisiologi


Narasi
Hepatitis atau peradangan pada jaringan hati disebabkan oleh beberapa hal yaitu:
•    Konsumsi alkohol di mana alkohol ini menyebabkan terjadinya penimbunan lemak dalam jumlah banyak sehingga hati membesar, rapuh dan mengalami gangguan fungsional dan terjadi kerusakan hepatosite.
•    Virus beberapa virus A, B, C, D, E di mana virus ini menyerang langsung pada sel hepar dan terjadi kerusakan hepatosite. Setelah itu virus terus mengadakan replikasi sampai menyebabkan nekrosis jaringan.
•    Obat-obatan yang bersifat toksik di mana penggunaannya dalam jangka waktu yang lama akan langsung menyerang ke hati dan menyebabkan kerusakan hepatosite.
•    Stress. Kondisi ini menyebabkan adrenalin meningkat dari peningkatan adrenalin ini menyebabkan  sistem imun menurun. Apabila sistem imun sudah menurun maka kemungkinan untuk masuknya virus penyakit sangat besar salah satunya penyakit hepatitis.
Dari beberapa penyebab di atas sampai terjadi kerusakan hepatosite, keadaan lanjut akan terjadi peradangan hati di mana hati teraba membesar tepinya yang lancip menjadi tumpul. Setelah terjadi peradangan hati ada dua hal yang terjadi yaitu: perubahan aliran darah dan perangsangan kemoreseptor hipotalamus.
-    Perubahan aliran darah: terjadinya peradangan pada hati, menyebabkan hati mengalami pembengkakan, dan pembengkakan ini menyebabkan pembuluh darah yang menuju ke hati tertekan sehingga terjadi vasokontriksi sehingga aliran darah ke hati macet/menjadi lambat. Ini akan menimbulkan nekrosis hati. Dari keadaan ini muncul diagnosa keperawatan “resiko tinggi terhadap infeksi”.
Nekrosis hati juga menyebabkan metabolisme bilirubin menurun artinya terjadi peningkatan dekstruksi dan SDM, kadar bilirubin tak terkonyugasi dalam darah meningkat sehingga terjadi hiperbilirubinemia, pembentukan bilirubin yang berlebihan ini merupakan mekanisme umum penyebab terjadinya ikterus (salah satu dari 4 mekanisme umum penyebab).
-    Terjadinya peradangan hati akan merangsang kemoreseption hipotalamus sehingga set point berubah dan kompensasi tubuh akan meningkatkan panas dan reaksi ini timbullah diagnosa keperawatan “hipertermi”. Dari keadaan hipertermi ini timbul gejala mual muntah (prodromal) yang berlanjut mengakibatkan anoreksia sehingga intake menurun dan muncul diagnosa keperawatan Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan. Apabila nutrisi terganggu otomatis terjadi kelemahan dan muncul diagnosa sehubungan dengan intoleransi aktivitas.


4.    Manifestasi Klinis
a.    Stadium Pre Ikterik
1)    Stadium ini biasanya berlangsung 4-7 hari.
2)    Sakit kepala, badan lemah.
3)    Rasa mual, muntah, dan anoreksia.
4)    Febris – kadang-kadang tinggi.
5)    Nyeri perut kanan atas.
6)    Urin menjadi coklat/the.
b.    Stadium Ikterik
1)    Stadium ini berlangsung 3-6 minggu.
2)    Ikterik mula-mula pada sclera/mata.
3)    Gangguan pada pencernaan masih.
4)    Hepatomegali/ dan nyeri tekan.
5)    Feces warna kuning.
c.    Stadium Pos Ikterik
1)    Ikterik merada.
2)    Peaces dan urin normal.
3)    Gangguan pencernaan menghilang (mual-muntah).
4)    Nafsu makan bertambah/baik.
5)    Badan merasa enak.
6)    Pasien sembuh-pulang

5.    Komplikasi
Tidak semua pasien dengan hepatitis virus akan mengalami perjalanan penyakit yang lengkap. Sejumlah kecil pasien (kurang dari 1 %) memperlihatkan kemunduran klinis yang cepat setelah awitan ikterus akibat hepatitis fulminan dan nekrosis hati massif.
a.    Hepatitis fulminan
Dicirikan oleh tanda dan gejala gagal hati akut, penciukan hati, kadar bilirubin serum meningkat cepat, pemajangan waktu protrombin yang sangat nyata dan koma hepatic.

b.    Hepatitis kronik persisten
Komplikasi hepatitis virus yang paling sering dijumpai di mana perjalanan penyakit memanjang hingga 4 – 8 bulan, namun pasien akan sembuh kembali.
c.    Hepatitis virus akut
Pasien mengalami kekambuhan setelah serangan awal yang biasanya dihubungkan dengan minum alkohol atau aktivitas fisik yang berlebihan.
d.    Hepatitis agresif atau kronik aktif
Di mana terjadi kerusakan hati seperti digerogoti (piecemeal) dan perkembangan sirosis.
e.    Karsinoma hepatoseluler
Merupakan komplikasi lanjut hepatitis yang cukup bermakna yang disebabkan oleh dua faktor yang berkaitan dengan patogenesisnya yaitu infeksi HBV kronik dan sinosis terkait.

6.    Pemeriksaan Penunjang
a.    Tes fungsi hati : Abnormal (4-10 kali dari normal). Catatan : Merupakan batasan nilai untuk membedakan hepatitis virus dari non virus.
b.    AST (SGOT)/ALT(SGPT) : Awalnya meningkat. Dapat meningkat 1 – 2 minggu sebelum ikterik kemudian tampak menurun.
c.    Darah lengkap : SDM menurun sehubungan dengan penurunan hidup SDM (gangguan enzim hati) atau mengakibatkan perdarahan.
d.    Leukopenia : Trombositopenia mungkin ada (splenomegali).
e.    Diferensial darah lengkap : Leukositosis, monositosis, limfosit atipikal, dan sel plasma.
f.    Alkali fosfatase : Agak meningkat (kecuali ada kolestasis berat).
g.    Faeces : Warna tanah liat, steatorea (penurunan fungsi hati).
h.    Albumin serum : Menurun.
i.    Gula darah : Hiperglikemia transien/hipoglikemia (gangguan fungsi hati).
j.    Anti HAV IgM : Positif pada tipe A.
k.    HbsAG : Dapat positif (tipe B) atau negatif (tipe A). catatan : Merupakan diagnostik sebelum terjadi gejala klinik.
l.    Masa protrombin : Mungkin memanjang (disfungsi hati).
m.    Bilirubin serum : Diatas 2,5 mg/100 ml (bila diatas 200 mg/ml, prognosis buruk mungkin berhubungan dengan peningkatan nekrosis seluler).
n.    Biopsi hati : Menunjukkan diagnosis dan luasnya nekrosis.
o.    Skan hati : Membantu dalam perkiraan beratnya kerusakan parenkim.
p.    Urinalisa : Peninggian kadar bilirubin; protein/hematuri dapat terjadi.

7.    Penatalaksanaan
a.     Tirah baring selama fase akut dengan diet yang cukup bergizi merupakan anjuran yang lazim.
b.    Diet TKTP, pemberian makanan intravena mungkin perlu selama fase akut bila pasien terus-menerus muntah.
c.    Aktivitas fisik biasanya perlu dibatasi hingga gejala-gejala mereda dan tes fungsi hati kembali normal.
d.    Terapi sesuai instruksi dokter.
e.    Jaga kebersihan perorangan dan lingkungan.
f.    Alat-alat makan disterilkan.
g.    Alat-alat tenun sebelum dicuci direndam dahulu dengan antiseptik

8.    Pencegahan
 Karena terbatasnya pengobatan hepatitis, maka penekanan lebih diarahkan pada pencegahan melalui imunisasi. Kini tersedia imunisasi pasif untuk HVA, dan imunisasi aktif dan pasif untuk HBV. Anjuran untuk praktek imunisasi sebelum dan sesudah paparan telah diterbitkan oleh Centers for Disease Control (1990).
Petugas yang terlibat dalam kontak resiko tinggi, misalnya pada hemodialisis, transfusi tukar, dan terapi parenteral, perlu sangat berhati-hati dalam menangani peralatan dan menghindari tusukan jarum.
Langkah-langkah dalam masyarakat adalah penting dalam pencegahan hepatitis, termasuk penyediaan makanan dan air bersih dan aman, serta sistem pembuangan sampah yang efektif. Higiene umum, mencuci tangan dan pembuangan kemih dan faeces dari pasien yang terinfeksi secara aman, penting untuk diperhatikan. Pemakaian kateter, jarum suntik dan spuit sekali pakai, akan menghilangkan sumber infeksi yang penting. Semua donor darah perlu disaring terhadap HAV, HBV, dan HCV sebelum diterima menjadi panel donor.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar