Sabtu, 30 November 2013

Chenkyuu Akne Vulgaris

AKNE VULGARIS


Pengertian

Adalah suatu penyakit radang menahun dari unit pilosebasea disertai penimbunan keratin dan penyumbatan kelenjar sebasea. Penyakit ini ditandai dengan adanya komedo, papel, pustul, nodulus dan kista di tempat-tempat predileksi tertentu seperti muka, leher, dada, punggung bagian atas. Akne biasanya mulai pada usia dewasa muda yaitu umur 13 sampai 29 tahun, tapi dapat pula terjadi pada usia lebih muda atau lebih tua.

Etiologi
Etiologi penyakit ini belum diketahui secara pasti. Pada umumnya dikatakan penyakit akne vulgaris adalah multifaktorial. Beberapa faktor yang dianggap menjadi penyebab timbulnya akne vulgaris adalah:
1.         Genetik Herediter
Faktor genetik ini berpengaruh pada besar dan aktivitas kelenjar sebasea dan dapat melibatkan anggota keluraga yang aman, dengan akne berat berjaringan parut.
2.         Sebum
Merupakan faktor utama yang menentukan timbulnya penyakit ini. Pengeluaran seborrhoe yang hanya selalu disertai dengan akne yang bera.
3.         Diet
Masih diperdebatkan. Para spesialis kulit di Asia menganggap berbagai makanan masih ada hubungannya dengan akne. Makanan seperti lemak, kacang-kacangan, susu, keju, coklat dan sejenisnya dapat merangsang kambuhnya akne. Penyelidikan terakhir menyatakan diet hanya sedikit pengaruhnya/tdak ada pengaruh terhadap akne.
4.         Endokrin
Androgen memegang peranan penting pada timbulnya akne, karena perangsang aktivitas glandula sebasea dan mempengaruhi proses keratinisasi.
5.         Bakteri
Pada lesi-lesi akne biasanya ditemukan:
?  Propionic bakterium akne/corine bakterium akne
?  Staphylokokkus epidermidis
?  Pityrosporum ovale.
Yang terpenting ialah propionic bakterium akne, karena mempengaruhi terbentuknya lipase yang penting dalam pembentukan komedo.
6.         Iklim
Musim dingin dapat mempengaruhi kambuhnya akne sedangkan pada daerah tropis akne timbul bila suhunya panas dan rendah.
7.         Kosmetika
Pemakaian kosmetika tertentu yang terus menerus dalam waktu yang lama dapat menyebabkan akne. Kosmetik tersebut adalah:
?  Pelembab/mosturaiser
?  Krim muka seperti:
·            Bedak dasar (foundation)
·            Krem penahan sinar matahari (suncrem)
·            Krem malam
8.         Bahan-bahan Kimia
Bahan-bahan kimia tersebut jodida, bromida, kortikosteroid, obat-obatan anti konvulsan seperti phenobarbital, INH, tetra ciklin dan vitamin B12 dapat menyebabkan kambuhnya akne atau form eruption.
9.         Psikis
Stress, emosi dan kurang tidur dapat menyebabkan tumbuh dan kambuhnya akne.
10.     Faktor gesekan, regangan, cubitan, tekanan dapat merangsang timbulnya akne mekanik.

Phatogenesa

Phatogenesa akne vulgaris dipengaruhi empat faktor utama yaitu:
1.         Peningkatan ekskresi sebum
Hormon androgen yang meningkat pada masa permulaan pubertas dapat menyebabkan pembesaran kelenjar dan peningkatan aktivitas kelenjar sebasea sehingga produksi sebum meningkat.
2.         Penyumbatan saluran pilosebasea
Penyumbatan disini disebabkan oleh karena bentuk anatomi kelenjar sebasea yang mempunyai saluran keluar yang lebih kecil sehingga terdapat tahanan pengeluaran sebum yang lebih muda terjadi penyumbatan. Selain itu massa keratin disini lebih sulit terlepas sehingga melekat satu sama lain yang mempermudah terjadinya penyumbatan.
3.         Perubahan komposisi lemak permukaan kulit
Sebum mengandung triglicerida, squalen dan ester malam. Bila sebum mengalir keluar melalui saluran pilosebasea, triglicerida dihidrolisir oleh enzim lipase yang dihasilkan oleh propionic bakteri menjadi asam lemak bebas. Squalen dan asam lemak bebas yang meningkat pada penderita akne ini bersifat komedegonik sehingga menambah keratinisasi dalam saluran pilosebasea.
4.         Kolonisasi bakteri dalam folikel sebasea
Pada penderita alne dijumpai tiga macam mikroorganisme berupa flora normal yaitu:
? Cropionic bacterium acnes
? Staphylokokkus epidermidis
      Dan diantara tiga macam mikroorganisme ini, Propioni Bacterium Akne yang paling berperan. ternyata mikroflora tersebut pada kulit dan saluran pilosebasea penderita akne jauh lebih banyak bila dibandingkan dengan orang sehat.

Gambaran Klinis
Pada tempat predileksi yaitu pada daerah seborhoe terdapat lesi yang khas yaitu komedo disertai atau tanpa disertai lesi lain seperti papula, pustula, nodular, kista dan akne konglobata.

Klasifikasi Akne
Klasifikasi yang biasa digunakan untuk menetapkan berat atau ringannya akne vulgaris adalah klasifikasi yang didasarkan atas overall grading menurut Pilllsbury dan kawan-kawan yang dibagi atas empat tingkat:
1.      Tingkat I   : komedo sedikit/banyak dengan/tanpa beberapa papula.
2.      Tingkat II  : komedo, papel, pustul.
3.      Tingkat III            : komedo, papel,pustul dan nodul.
4.      Tingkat IV            : komedo, papel, pustul, nodulus, kista dan parut yang luas. (akne konglobata).

Ada klasifikasi lain:
1.      Spotcounting yang juga banyak dipakai yaitu menilai secara kwalitatif maupun kwantitatif.
2.      Metode photografi
Klasifikasi ini lebih obyektif, lebih teliti, ada dokumentasi, tetapi biayanya besar.
Diagnosa didasarkan atas:
1.         - Riwayat penyakit
-    Umur penderita
-    Riwayat akne dari keluarga yaitu orang tua, saudara.
-    Faktor yang mempengaruhi:
·          Siklus haid
·          Stress emosi
·          Pemakain kosmetik
·          Kebiasaan membersihkan kulit muka
·          Pengaruh iklim
·          Obat-obat yang diminum/disuntikkan.
2.           Pemeriksaan klinis.

Terapi Akne
Keberhasilan dalam pengobatan akne tergantung dari dokter yang mengobati. Salah satu faktor yang penting adalah pemilihan obat yang tapat oleh dokter dan ketekunan penderita untuk berobat. Pengobatan akne dapat dilakukan dengan cara-cara sebagai berikut:
1.         Perawatan kulit muka
Mencuci muka dengan air hangat, disabun dua kali sehari, tetapi jangan mencunci secara berlebihan (enam sampai delapan kali) dengan sabun karena sabun bersifat komedogenik sehingga dapat menyebabkan akne detergen.
Jangan memegang  dan memijat lesi, jangan memakai kosmetik yang berminyak.
2.         Pengobatan
A.        Topikal
a.       Vitamin A asam ( tertinoin/retinoic acid)
   Adalah suatu derivat dari vitamin A dan merupakan salah satu preparat topikal yang paling efektif dalam konsentrasi rendah terutama bentuk krem. Obat ini mempunyai khasiat:
-       Mengurangi pembentukan komedo
-       Mengeluarkan isi komedo
-       Mengurangi proses radang
-       Meningkatkan penetrasi antibiotik topikal dan oral
Konsentrasi: 0,025% - 0,05% selama delapan minggu.
b.      Benzol Peroksida
      Sifat obat ialah sebagai berikut:
-       Iritan
-       Keratolitik
-       Bakterostsatik dan abterisid  P. akne sehingga menekan  P. akne dan menurunkan asam lemak bebas.
-       Mempercepat reabsorbsi dari lesi yang meradang.
Konsentrasi: 2,5% - 5%
Dalam bentuk gel dapat lebih mudah menembus saluran sebasea.
Indikasi: Akne bentuk papula dan pustula konglobata.
c.       Kombinasi tertinoin dan benzoyl peroksida
      Pada pemakainan kombinasi ini didapatkan suatu efek yang sinerglatik oleh karena tertinoin dapat meningkatkan penetrasi dari benzoyl peroksida.
      Cara pemakaian: benzoyl peroksida pagi hari dan tertinoin sore hari.
d.      Khemikal iritan
      Berupa: sulfur precipitatum, asam salisilat, resocinol
      Juga sering dipakai untuk pengobatan akne.
      Bahan-bahan ini mempunyai sifat:
-          Peeling
-          Mengeringkan kulit karena mengurangi minyak permukaan kulit
-          Erythema: peredaran darah meningkat sehingga mengurangi proses raang
e.       Antibiotika topikal
      Obat ini dipilih karena:
-          Sensitasi pada kulit sangat kecil
-          Untuk mencegah pengobatan sistemik antibiotika dalam jangka panjang
-          Mengurangi asam lemak bebas
-          Menghambat leuocyt chemotaxis
Antibiotik yang sering dipakai adalah: tetrasiklin, klindamisin dan eritromycin
Indikasi: akne bentuk pustula dan akne bentuk merad.ang
B.        Sistemik
Berdasarkan pathogenese akne vulgaris, maka pengobatan ditujukan pada:
1.        Mengurangi produksi sebum, yaitu dengan pemberian:
a.       Hormon estrogen
b.      Pil anti hamil
c.       Anti androgen
              Indikasi: akne yang berat
              Pada pemberian obat ini harus diperhatikan efek sampingnya.
2.        Menghilangkan obstruksi pada unit pilosebasea dengan menggunakan:
a.       Obat-obat topikal yamng bersifat keratolitik
b.      Topikal/sistemik vitamin A untuk mengurangi hiperkeratosis pada   muarafolikel yang dapat menyebabkan pembentukan komedo.
3.        Mengubah flora kulit dan komposisi lemak permukaan dengan menggunakan:
a.       Macam-macam antibiotika
b.      Preparat sulfa
C.        Antibiotika
Hanya beberapa antibiotik saja yang dapat digunakan untuk pengobatan akne vulgaris karena obat-obat tersebut harus memenuhi persyaratan:
1.        Memberi toksisitas yang rendah karena digunakan dalam jangka waktu yang lama.
2.        Mempunyai kapasitas mencapai saluran folikel sebasea
3.        Bakteriostatik/bakteriosid
4.        Mengurangi jumlah lipase dan asam lemak bebas
5.        Menghalangi kematoxis lekosit
Indikasi: akne yang disertai peradangan yaitu: akne papulo pustulosa yang sedang dan keras, akne konglobata.
Obat-obatannya adalah:
-           Tetrasiklin HCL
Dosis: 4 x 250 mg sehari, diberikan 1 jam sebelum makan selama 3 – 6 minggu atau diturunkan sampai 250 mg sehari selama 6 – 8 minggu, tergantung dari hasil pengobatan.
-          Erytromycin Stearat
Dosis: sama dengan tetrasiklin
-          Dapat juga diberikan Minosiklin, Lincomisin atau Klindamisin
D.        Obat-obatan lain
1.      Vitamin A
Vitamin A diduga mempengaruhi metabolisme androgen karena pada pemberian 50.000 – 150.000 IU sehari dapat menurunkan 17 keto steroid dalam urine.
Dosis: 50.000 – 150.000 IU sehari selama 6 bulan
Indikasi: akne bentuk noduler dan kistik yang keras.
2.      Retinoid
Dalam bentuk 13 cis retinoid acid adalah obat yang mempunyai sifat:
a.      Menekan produksi sebum
b.      Mengurangi hyperkeratosis
c.      Anti radang
Obat ini juga sangat efektif untuk mengatasi akne kistik, nodulo kistik dan akne konglobata.
E.         Kombinasi topikal dan systemik
Biasanya pengobatan akne dinerikan secara kombinasi yaitu dengan memberikan obat topikal dan systemik secara bersamaan

Tindakan-tindakan yang berhubungan dengan pengobatan akne:
q  Komedo ekstraksi
q  Incisi drainage
q  Exsisi
q  Kryoterapi
q  Dermabrasi
q  Bedah plastik


ASUHAN KEPERAWATAN
Pengkajian:
q  Persepsi pasien terhadap kulit
q  Pemakaian alat kosmetik
q  Kosmetik yang digunakan
q  Obat yang digunakan
q  Makanan dan minuman
q  Upaya untuk memijat komedo dengan tangan
q  Ciri-ciri lesi  inflamatori (papula, pustula, nodul, kista )

Dignosa keperawatan

Diagnosa I
Penatalaksanan program terapeutik tidak efektif yang berhubungan dengan pengetahuan yang tidak memadai mengenai keadaan tersebut (penyebab, perjalanan penyakit, pencegahan, pengobatan dan perawatan kulitnya).
Tujuan :
Pemahaman keadaannya untuk meningkatkan kepatuhan pasien terhadap terapi yang diprogramkan.
Intervensi :
1.         Berikan penyuluhan dan yakinkan bahwa masalahnya tidak berhubungan dengan ketidak bersihan, kesalahan makan, masturbasi, aktivitas seksual ataupun kesalahankonsep lainnya yang lazim dijumpai.
Rasional: Akne timbul karena gabungan berbagai faktor mencakup herditas, kelenjar sebasea yang besar dan jumlah bakteri P.akne yang besar
2.         Beri penjelasan bahwa pengobatan biasanya memerlukan waktu 4 hingga 6 minggu atau lebih dan pada pasien harus mematuhi terapi yang diprogramkan atau sebelum hasil-hasilpengobatannya terlihat.
3.         Informasikan mengenai dasar-dasar pemikiran bagi pemakaian obat-obat oral serta topikal dan penjelasan tentang kerja obat dan efek sampingnya yang potensial.
Rasional: akan menambah pemahaman pasien, mendorong keterlibatan pribadi serta komitmennya dalam menjalani perawatan dan akan meningkatkan kepatuhan.
4.         Beri penyuluhan bahwa akne tidak mungkin hilang dalam waktu yang singkat dan mereka harus teguh dengan pelaksanaan pengobatan yang persisten setiap harinya.
5.         Beritahukan untuk menggunakan produk pembersih kulit yang diresepkan dokter.
6.         Koreksi kesalahpahaman pasien terhadap persepsi yang salah tentang akne maupun pengobatannya.

Diagnosa II

Gangguan citra tubuh berhubungan dengan rasa malu dan frustasi terhadap tampilan dirinya.
Tujuan :
Pengembangan kemampuan untuk menerima keadaan dirinya
Intervensi :
1.         Ikut sertakan pasien sebagai mitra dalam pelaksanaan terapi.
2.         Berikan dukungan dan pahami permasalahan pasien.
3.         Ajarkan teknik-teknik untuk mengurangi stress.

                       
           





















Jumat, 29 November 2013

Chenkyuu Askep Gonorrhea



LAPORAN PENDAHULUAN

GONORRHEA

A. Definisi

Gonorhea adalah sebuah penyakit infeksi yang disebabkan oleh Neisseria gonorrhea yang penularannya melalui hubungan kelamin baik melalui genito-genital, oro-genital, ano-genital. Penyakit ini menginfeksi lapisan dalam uretra, leher rahim, rektum, tenggorokan, dan konjungtiva. Gonore dapat menyebar melalui aliran darah ke bagian tubuh lain terutama kulit dan persendian. Pada wanita, gonore bisa menjalar ke saluran kelamin dan menginfeksi selaput di dalam panggul sehingga menyebabkan nyeri pinggul dan gangguan reproduksi.

B. Etiologi

· Penyebab pasti penyakit gonore adalah bakteri Neisseria gonorrhea yang bersifat patogen.

· Daerah yang paling mudah terinfeksi adalah daerah dengan mukosa epitel kuboid atau lapis gepeng yang belum berkembang pada wanita yang belum pubertas.

C. Manifestasi Klinis

· Pada pria:

*Gejala awal gonore biasanya timbul dalam waktu 2-7 hari setelah terinfeksi

*Gejalanya berawal sebagai rasa tidak enak pada uretra kemudian diikuti nyeri ketika berkemih

*Disuria yang timbul mendadak, rasa buang air kecil disertai dengan keluarnya lendir mukoid dari uretra

*Retensi urin akibat inflamasi prostat

*Keluarnya nanah dari penis.

· Pada wanita:

*Gejala awal biasanya timbul dalam waktu 7-21 hari setelah terinfeksi

*Penderita seringkali tidak merasakan gejala selama beberapa minggu atau bulan (asimtomatis)

*Jika timbul gejala, biasanya bersifat ringan. Namun, beberapa penderita menunjukkan gejala yang berat seperti desakan untuk berkemih

*Nyeri ketika berkemih

*Keluarnya cairan dari vagina

*Demam

*Infeksi dapat menyerang leher rahim, rahim, indung telur, uretra, dan rektum serta menyebabkan nyeri pinggul yang dalam ketika berhubungan seksual
Wanita dan pria homoseksual yang melakukan hubunga seks melalui anus, dapat menderita gonore di rektumnya. Penderita akan merasa tidak nyaman disekitar anusnya dan dari rektumnya keluar cairan. Daerah disekitar anus tampak merah dan kasar serta tinja terbungkus oleh lendir dan nanah.

D. Diagnosis

Diagnosis ditegakkan atas dasar anamnesis, pemeriksaan klinis, dan pemeriksaan pembantu yang terdiri atas 15 tahap, yaitu:

1. Sediaan langsung dengan pewarnaan gram akan ditemukan diplokokus gram negatif, intraseluler dan ekstraseluler, leukosit polimorfonuklear.

2. Kultur untuk identifikasi perlu atau tidaknya dilakukan pembiakan kultur. Menggunakan media transport dan media pertumbuhan.

3. Tes definitif, tes oksidasi (semua golongan Neisseria akan bereaksi positif), tes fermentasi (kuman gonokokus hanya meragikan glukosa)

4. Tes beta laktamase, hasil tes positif ditunjukkan dengan perubahan warna kuning menjadi merah apabila kuman mengandung enzim beta laktamase

5. Tes Thomson dengan menampung urin pagi dalam dua gelas. Tes ini digunakan untuk mengetahui sampai dimana infeksi sudah berlangsung.

E. Komplikasi

*Komplikasi pada pria:

ü Prostatitis

ü Cowperitis

ü Vesikulitis seminalis

ü Epididimitis\

ü ystitis dan infeksi traktus urinarius superior

*Komplikasi pada wanita:

ü Komplikasi uretra

ü Bartholinitus

ü Endometritis dan metritis

ü Salphingitis

F. Pengobatan

1. Medikamentosa

*Walaupun semua gonokokus sebelumnya sangansensitif terhadap penicilin, banyak ‘strain’ yang sekarang relatif resisten. Terapi penicillin, amoksisilin, dan tetrasiklin masih tetap merupakan pengobatan pilihan.

*Untuk sebagian besar infeksi, penicillin G dalam aqua 4,8 unit ditambah 1 gr probonesid per- oral sebelum penyuntikan penicillin merupakan pengobatan yang memadai.

*Spectinomycin berguna untuk penyakit gonokokus yang resisten dan penderita yang peka terhadap penicillin. Dosis: 2 gr IM untuk pria dan 4 gr untuk wanita.

*Pengobatan jangka panjang diperlukan untuk endokarditis dan meningitis gonokokus.

2. Non-medikamentosa
Memberikan pendidikan kepada klien dengan menjelaskan tentang:

*Bahaya penyakit menular seksual

*Pentingnya mematuhi pengobatan yang diberikan

*Cara penularan PMS dan perlunya pengobatan untuk pasangan seks tetapnya

*Hindari hubungan seksual sebelum sembuh dan memakai kondom jika tidak dapat dihindari.

*Cara-cara menghindari infeksi PMS di masa yang akan datang.

ASUHAN KEPERAWATAN

Diagnosa dan Intervensi

1. Nyeri b.d reaksi infeksi

Tujuan:

Setelah dilakukan tindakan keperawatan, klien akan:

ü Mengenali faktor penyebab

ü Menggunakan metode pencegahan non analgetik untuk mengurangi nyeri

ü Menggunakan analgetik sesuai kebutuhan

ü Melaporkan nyeri yang sudah terkontrol

Intervensi:

ü Kaji secara komprehensif tentang nyeri meliputi lokasi, karakteristik, dan onset, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas/beratnya nyeri, dan faktor-faktor presipitasi.

ü Observasi isyarat-isyarat non verbal dari ketidaknyamanan, khususnya ketidakmampuan untuk komunikasi secara efektif.

ü Gunakan komunikasi terapeutik agar klien dapat mengekspresikan nyeri

ü Berikan dukungan terhadap klien dan keluarga

ü Kontrol faktor-faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi respon klien terhadap ketidaknyamanan (ex.: temperatur ruangan, penyinaran, dll)

ü Ajarkan penggunaan teknik non farmakologik (ex.: relaksasi, guided imagery, terapi musik, distraksi, aplikasi panas-dingin, massage, TENS, hipnotis, terapi aktivitas)

ü Berikan analgesik sesuai anjuran

ü Tingkatkan tidur atau istirahat yang cukup

ü Evaluasi keefektifan dari tindakan mengontrol nyeri yang telah digunakan.

2. Hipertermi b.d reaksi inflamasi

Tujuan:

Setelah dilakukan tindakan keperawatan, klien akan:

ü Suhu dalam rentang normal

ü Nadi dan RR dalam rentang normal

ü Tidak ada perubahan warna kulit dan tidak ada pusing

Intervensi:

ü Monitor vital sign

ü Monitor suhu minimal 2 jam

ü Monitor warna kulit

ü Tingkatkan intake cairan dan nutrisi

ü Selimuti klien untuk mencegah hilangnya panas tubuh

ü Kompres klien pada lipat paha dan aksila

ü Berikan antipiretik bila perlu

3. Perubahan pola eliminasi urin b.d proses inflamasi

Tujuan:
Setelah dilakukan tindakan keperawatan, klien akan:

ü Urin akan menjadi kontinens

ü Eliminasi urin tidak akan terganggu: bau, jumlah, warna urin dalam rentang yang diharapkan dan pengeluaran urin tanpa disertai nyeri

Intervensi:

ü Pantau eliminasi urin meliputi: frekuensi, konsistensi, bau, volume, dan warna dengan tepat

ü Rujuk pada ahli urologi bila penyebab akut ditemukan

4. Cemas b.d penyakit

Tujuan:
Setelah dilakukan tindakan keperawatan, klien akan:

ü Tidak ada tanda-tanda kecemasan

ü Melaporkan penurunan durasi dan episode cemas

ü Melaporkan pemenuhan kebutuhan tidur adekuat

Menunjukkan fleksibilitas peran Intervensi:

ü Kaji tingkat kecemasan dan reaksi fisik pada tingkat kecemasan (takikardi, takipneu, ekspresi cemas non verbal)

ü Temani klien untuk mendukung kecemasan dan rasa takut

ü Instruksikan klien untuk menggunakan teknik relaksasi

ü Berikan pengobatan untuk menurunkan cemas dengan cara yang tepat

ü Sediakan informasi aktual tentang diagnosa, penanganan, dan prognosis

ü

5. Risiko penularan b.d kurang pengetahuan tentang sifat menular dari penyakit

Tujuan:
Dapat meminimalkan terjadinya penularan penyakit pada orang lain


Intervensi:
Berikan pendidikan kesehatan kepada klien dengan menjelaskan tentang:

ü Bahaya penyakit menular

ü Pentingnya memetuhi pengobatan yang diberikan

ü Jelaskan cara penularan PMS dan perlunya untuk setia pada pasanga

ü Hindari hubungan seksual sebelum sembuh dan memakai kondom jika tidak dapat menghindarinya.

6. Harga diri rendah b.d penyakit

Tujuan:
Setelah dilakukan tindakan keperawatan, klien akan mengekspresikan pandangan positif untuk masa depan dan memulai kembali tingkatan fungsi sebelumnya dengan indikator:

ü Mengindentifikasi aspek-aspek positif diri

ü Menganalisis perilaku sendiri dan konsekuensinya

ü Mengidentifikasi cara-cara menggunakan kontrol dan mempengaruhi hasil

Intervensi:

ü Bantu individu dalam mengidentifikasi dan mengekspresikan perasaan

ü Dorong klien untuk membayangkan masa depan dan hasil positif dari kehidupan

ü Perkuat kemampuan dan karakter positif (misal: hobi, keterampilan, penampilan, pekerjaan)

ü Bantu klien menerima perasaan positif dan negatif

ü Bantu dalam mengidentifikasi tanggung jawab sendiri dan kontrol situasi

Kamis, 28 November 2013

Chenkyuu Tumor Abdomen

LAPORAN PENDAHULUAN
PADA PASIEN DENGAN TUMOR ABDOMEN

A. KONSEP MEDIS
1. Pengertian
a.Tumor adalah : merupakan kumpulan sel abdormal yang terbentuk oleh sel-sel yang
tumbuh terus mennerus, tidak terbatas, tidak terkoordinasi dengan jaringan
disekitarnya serta tidak berguna bagi tubuh. (Kusuma, Budi 2001)
b. Tumor adalah : benjolan yang disebabkan oleh pertumbuhan sel dengan pertumbuhan
yang terbatas dan lonjong. (E. Oswari, 2000)
c. Tumor adalah : massa padat  besar, meninggi dan berukuran lebih dari 2 cm. ( Carwin,
Elizabeth.J. 2000)
d. Tumor abdomen : merupakan massa yang padat dengan ketebalan yang berbeda-beda,
yang disebabkan oleh sel  tubuh  yang mengalami transformasi dan tumbuh secara
autonom lepas dari kendali pertumbuhan sel normal, sehingga sel tersebut berbeda
dari sel normal dalam bentuk dan strukturnya. Secara patologi kelainan ini mudah
terkelupas dan dapat meluas ke retroperitonium, dapat terjadi obstruksi ureter atau
vena kava inferior. Massa jaringan fibrosis mengelilingi dan menentukan struktur
yang di bungkusnya tetapi tidak menginvasinya.

2. Etiologi
Penyebab terjadinya tumor karena terjadinya pembelahan sel yang abnormal.
Pembedaan sel tumor tergantung dari besarnya penyimpangan dalam bentuk dan fungsi
aotonomnya dalam pertumbuhan, kemampuanya mengadakan infiltrasi dan menyebabkan
metastasis.
Ada beberapa factor yang dapat menyebabkan terjadinya tumor antara lain:
1) Karsinogen
2) Hormone
3) Gaya hidup, kelebihan nutrisi khususnya lemak dan kebiasaan makan makanan yang
kurang berserat.
4) Parasit : parasit schistososma hematobin yang mengakibatkan karsinoma
planoseluler.
5) Genetic6) Infeksi, trauma, hipersensitivitas terhadap obet-obatan.
Insiden
Tumor adalah penyakit kedua setelah penyakit kardiovaskuler yang menyebabkan
kematian utama di Amerika Serikat. Lebih dari 496.000 orang Amerika meninggal akibat
proses maligna, setiap tahunnya. Memperlihatkan frekuensinya, penyebab kematian
akibat tumor di Amerika Serikat meliputi kanker paru, prostate, dan area kolorektal pada
pria dan pada tumor paru, payudara, dan area kolorektal pada wanita.(Smelstzer, Suzanne
C.2001)

3. Patofisiologi
Tumor adalah proses penyakit yang bermula ketika sel abnormal di ubah oleh mutasi
ganetic dari DNA seluler, sel abnormal ini membentuk kolon dan berpopliferasi secar
abnormal, mengabaikan sinyal mengatur pertumbuhan dalam lingkungan sekitar sel
tersebut.
Sel-sel neoplasma mandapat energi terutama dari anaerob karena
kemampuan sel untuk oksidasi berkurang, meskipun mempunyai enzim yang lengkap
untuk oksidasi.
Susunan enzim sel uniform sehingga lebih mengutamakan berkembang biak yang
membutuhkan energi unruk anabolisme daripada untuk berfungsi yang  menghasilkan
energi dengan jalan katabolisme.
Jaringan yang tumbuh memerlukan bahan-bahan untuk membentuk protioplasma
dan energi, antara lain asam amino. Sel-sel neoplasma dapat mengalahkan sel-sel normal  dalam mendapatkan bahan-bahan tersebut.(Kusuma, Budi drg. 2001).
Ketika dicapai suatu tahap dimana sel mendapatkan ciri-ciri invasi, dan terjadi
perubahan pada jaringan sekitarnya. Sel-sel tersebut menginfiltrasi jaringan sekitar dan
memperoleh akses ke limfe dan pembuluh-pembuluh darah, melalui pembuluh darah
tersebut sel-sel dapat terbawa ke area lain dalam tubuh untuk membentuk metastase
(penyebaran tumor) pada bagian tubuh yang lain.
Meskipun penyakit ini  dapat diuraikan secara umum seperti yang telah digunakan,
namun tumor bukan suatu penyakit tunggal dengan penyebab tunggal : tetapi lebih
kepada suatu kelompok penyakit yang jelas denagn penyebab, metastase, pengobatan dan prognosa yang berbeda.(Smelstzer, Suzanne C.2001).

4. Tanda dan gejala
1) Hiperplasia
2) Konsistensi tumor umumnya padat atau keras
3) Tumor epital biasanya mengandung sedikit jaringan ikat dan apabila berasal dari
masenkim yang banyak mengandung jaringan ikat maka akan elastic kenyal atau
lunak.
4) Kadang tampak hipervaskulari disekitar tumor.
5) Biasa terjadi pengerutan dam mengalami retraksi.
6) Edema disekitar tumor disebabkan infiltrasi kepembuluh limfe.
7) Nyeri
8) Anoreksia, mual, muntah.
9) Penurunan berat badan.

5.  Pemeriksaan Diagnostik
Prosedur diagnostik yang biasa dilakukan dalam mengevaluasi malignansi meliputi :
1) Marker tumor
Substansi yang ditemukan dalam darah atau cairan tubuh lain yang   tumor atau oleh
tubuh dalam berespon terhadap tumor.
2) Pencitraan resonansi magnetic (MRI)
Penggunaan medan magnet dan sinyal frekuensi_radio untuk menghasilkan
gambaran berbagai struktur tubuh.
3) CT Scan
Menggunakan pancaran sinar sempit sinar-X untuk memindai susunan lapisan
jaringan untuk memberikan pandangan potongan melintang.
4) Flouroskopi
Menggunakan sinar-X yang memperlihatkan perbedaan ketebalan antar jaringan;
dap[at ,mencakup penggunaan bahan kontras.
5) Ultrasound
Echo dari gelombang bunyi  berfrekuensi tinggi direkam pada layer penerima,
digunkan untuk mengkaji jaringan yang dalam di dalam tubuh.
6) EndoskopiMemvisualkan langsung rongga tubuh atau saluran dengan memasukan suatu ke
dalam rongga tubuh atau ostium tubuh; memungkinkan dilakukannya biopsy
jaringan, aspirasi dan eksisi tumor yang kecil.
7) Pencitraan kedokteran nuklir
Menggunakan suntikan intravena atau menelan bahan radiosisotope yang diikuti
dengan  pencitraan yang menjadi tempat berkumpulnya radioisotope.(Smeltzer,
Suzanne C.2001).

7. Penatalaksanaan medis
1) Pembedahan
Pembedahan adalah modalitas penanganan utama, biasanya gasterektoni
subtotal atau total, dan digunakan untuk baik pengobatan maupun paliasi.
Pasien dengan tumor lambung tanpa biopsy dan tidak ada bukti matastatis
jauh harus menjalani laparotomi eksplorasi atau seliatomi untuk menentukan apakah
pasien harus menjalani prosedur kuratif atau paliatif. Komplikasi yang berkaitan
dengan tindakan adalah injeksi, perdarahan, ileus, dan kebocoran
anastomoisis.(Smeltzer, Suzanne C. 2001)
2) Radioterapi
Penggunaaan partikel energy tinggi untuk menghancurkan sel-sel dalam
pengobatan tumor dapat menyebabkan perubahan pada DNA dan RNA sel tumor.
Bentuk energy yang digunakan pada radioterapi adalah ionisasi radiasi yaitu energy
tertinggi dalam spektrum elektromagnetik.
3) Kemoterapi
Kemoterapi sekarang telah digunakan sebagai terapi tambahan untuk reseksi
tumor, untuk tumor lambung tingkat tinggi lanjutan dan pada kombinasi dengan
terapi radiasi dengan melawan sel dalam proses pembelahan, tumor dengan fraksi
pembelahan yang tinggi ditangani lebih efektif dengan kemoterapi.
4) Bioterapi
Terapi biologis atau bioterapi sebagai modalitas pengobatan keempat untuk
kanker dengan menstimulasi system imun(biologic response modifiers/BRM) berupa
antibody monoclonal, vaksin, factor stimulasi koloni, interferon,
interleukin.(Danielle Gale. 2000).

8. Komplikasi
Komplikasi yang berkaitan
dengan tindakan adalah  perdarahan, ileus, dan kebocoran
anastomoisis.(Smeltzer, Suzanne C. 2001





KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

                                     PADA PASIEN DENGAN TUMOR ABDOMEN           

1. Pengkajian
Pengkajian  merupakan tahap awal dan merupak dasar proses keperawatan
diperlukan pengkajian yang cermat untuk mengenal masalah klien agar dapat
memberikan rah kepada tindakan keperawatan.
Keberhasilan keperawatan sanagat tergantung kepada kecermatan dan ketelitian
dalam pengkajian. Tahap pengkajian ini terdiri dari empat komponen antara lain :
pengelompokan data, analisa data, perumusan diagnosa keperawatan.
Data dasar pengkajian klien :
a. Aktivitas istirahat
Gejala : kelemahan dan keletihan
b. Sirkulasi
Gejala : palpitasi, nyeri, dada pada pengarahan kerja.
Kebiasaan : perubahan pada TD
c. Integritas ego
Gejala : alopesia, lesi cacat pembedahan
Tanda : menyangkal, menarik diri dan marah
d. Eliminasi
Gejala : perubahan pada pola defekasi misalnya : darah pada  feces, nyeri pada
defekasi. Perubahan eliminasi urunarius misalnya nyeri atau ras terbakar pada saat
berkemih, hematuria, sering berkemih.
Tanda : perubahan pada bising usus, distensi abdomen.
e. Makanan/cairan
Gejala : kebiasaan diet buruk ( rendah serat, tinggi lemak, aditif bahan pengawet).
Anoreksisa, mual/muntah.
Intoleransi makanan
Perubahan pada berat badan; penurunan berat badan hebat, berkuranganya massa
otot.Tanda : perubahan pada kelembapan/tugor kulit, edema.
f. Neurosensori
Gejala : pusing, sinkope.
g. Nyeri/kenyamanan
Gejala : tidak ada nyeri atau derajat bervariasi misalnya ketidaknyamanan ringan
sampai berat (dihubungkan dengan proses penyakit)
h. Pernafasan
Gejala : merokok(tembakau, mariyuana, hidup dengan sesoramh yang merokok.)
Pemajanan asbes.
i. Keamanan
Gejala :  pemajanan bahan kimia toksik. Karsinogen
Pemajanan matahari lama/berlebihan.
Tanda : demam, ruam kulit, ulserasi.
j. Seksualitas
Gejala : masalah seksualitas misalnya dampak pada hubungan perubahan pada
tingkat kepuasan.
Nuligravida lebih besar dari usia 30 tahun
Multigravida, pasangan seks miltifel, aktivitas seksual dini.
k. Interaksi sosial
Gejala : ketidakadekuatan/kelemahan sotem pendikung.
Riwayat perkawinan (berkenaan dengan kepuasan di rumah dukungan, atau
bantuan).
2. Diagnosa Keperawatan
Penentuan diagnosa keperawatan harus berdasarkan analisa data  dari hasil
pengkajian, maka diagnosa keperawatan yang ditemukan di kelompokkan menjadi
diagnosa aktual, potensial dan kemungkinan. (Budianna Keliat, 1994,1)
Beberapa diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada pasien dengan  tumor
abdomen antara lain :
Pre operasi
a) Ansietas b/d perubahan status kesehatan.
b) Nyeri (akut) b/d proses penyakit
c) Resiko tinggi terhadap diare
d) Kurang pengetahuan mengenai prognisis dan kebutuhan pengobatan.Post operasi
a) Resiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan berhubungan dengan tindakan
pembedahan.
b) Nyeri berhubungan dengan terputusnya kontinuitas jaringan akibat tindakan operasi.
c) Resiko infeksi berhubungan dengan adanya luka operasi.
d) Gangguan pemenuhan nutrisi berhubungan dengan intake yang tidak adekuat.
e) Kerusakan intregitas kulit/jaringan berhubungan dengan insisi bedah.
3. Perencanaan
Setelah merumuskan diagnosa keperawatan, dibuat rencana tindakan untuk
mengurangi, menghilangkan dan mencegah masalah klien.(Budianna Keliat, 1994, 16)
Pre operasi
a. Ansietas/cemas berhubungan dengan perubahan status kesehatan.
Kemungkinan dibuktikan oleh: peningkatan ketegangan, gelisah, mengekspresikan
masalah mengenai perubahan dalam kejadian hidup.
Hasil yang diharapkan :
a) Menunjukkan rentang yang tepat dari perasaan dan berkurangnya rasa takut
b) Tampak rileks dan melaporkan ansietas berkurang pada tingkat dapat diatasi.
c) Mendemonstrasikan penggunaan mekanisme koping efektif dan partisipasi
aktif dalam pengaturan obat.
Intervensi Rasional
1) Dorong klien untuk
mengungkapkan pikiran dan
perasaan.
2) Berikan lingkungan terbuka dimana
klien merasa aman untuk
mendiskusikan perasaannya.
3) Pertahankan kontak sesering
mungkin dengan klien.
1) Memberikan kesempatan untuk
memeriksa takut realistis serta
kesalahan konsep tentang
diagnosis.
2) Membantu klien untuk merasa
diterima pada adanya kondisi tanpa
perasaan dihakimi dan
meningkatkan rasa terhormat.
3) Memberikan keyakinan bahwa
klien tidak sendiri atau ditolak.4) Bantu klien/keluarga dalam
mengenali dan mengklasifikasikan
rasa takut untuk memulai
mengembangkan strategi koping.
5) Berikan informasi yang akurat
4) Dukungan dan konseling sesering
diperlukan untuk memungkinkan
individu mengenal dan
menghadapi rasa takut.
5) Dapat menurunkan ansietas
b. Nyeri berhubungan dengan proses penyakit.
Kemungkinan dibuktikan oleh: keluhan nyeri, respon autonomic gelisah, perilaku
berhati-hati
Hasil yang diharapkan :
a) Melaporkan nyeri yang dirasakan menurun atau menghilang
b) Mengikuti aturan farmakologis yang ditentukan
a. Resiko tinggi terhadap diare b/d koping yang tidak adekuat
Tujuan :  mempertahankan pola defekasi umum.
Intervensi Rasional
1) Tentukan riwayat nyeri
misalnya lokasi, durasi dan
skala.
2) Berikan tindakan kenyaman
dasar misal: massage punggung
dan aktivitas hiburan misalnya
music.
3) Dorong penggunaan
keterampilan penggunaan
keterampilan manajement nyeri
misalnya relaksasi napas dalam.
4) Kolaborasi pemberian
analgetik sesuai indikasi.
1) Informasi memberikan data
dasar untuk mengevaluasi
kebutuhan / keefektifan
intervensi.
2) Dapat meningkatkan relaksasi
3) Memungkinkan klien untuk
berpartisipasi secara aktif dalam
meningkatkan rasa control.
4) Analgetik dapat menghambat
stimulus nyeri.Intervensi Rasional
1) Kaji tingkat usus dan pantau/
catat gerakan usus termasuk
frekuensi konsistensi.
2) Dorong masukan cairan
adekuat(2000ml/jam)dan
peningkatan.
3) Berikan makan sedikit tapi sering
dengan makanan rendah serat (
bila tidak dikontraindikasi) dan
mempertahankan kebutuhan
protein karbohidrat.
4) Pastikan diet yang tepat hindari
makanan tinggi lemak.
5) Pantau pemeriksaan laboratorium
sesuai indikasi.
6) Pelunak feces, laksatif, enema
sesuai indikasi.
1) Mengidentifikasi masalah
misalnya misalnya diare,
konstipasi.
2) Dapat menurunkan potensial
terhadap konstipasi dengan
memperbaiki konsistensi feces
dan merangsang peristaltic;
dapat mencegah dehidrasi.
3) Menurunkan iritasi gaster,
penggunaan makanan rendah
serat dapat menurunkan
iritabilitas dan memberikan
istirahat pada usus bila ada
diare.
4) Stimulasi GI yang dapat
meningkatkan
motilitas/frekuensi defekasi.
5) Ketidakseimbangan elektrolit
mungkin akibat dari/pemberat
untuk mengubah fungsi GI.
6) Penggunaan prolaktif mencegah
koplikasi lanjut pada klien.
d. Kurang pengetahuan b/d kurangnya informasi
Tujuan : dapat mengungkapkan informasi akurat tentang diagnose dan aturan
pengobatan. 
Intervensi Rasional1) Tinjau ulang dengan
klien/orang tedekat pemahaman
diagnose khusus, alternative
pengobatan dan sifat harapan.
2) Tentukan persepsi klien
tentang kanker dan pengobatan
kanker.
3) Berikan informasi akurat dan
jelas dalam cara yang nyata
tetapi sensitive.
4) Tinjau ulang aturan
pengobatan khusus dan
penggunaan obat yang dijual
bebas.
5) Tinjau ulang dengan
klien/orang terdekat pentingnya
mempertahankan status nutrisi
optimal.
6) Anjurkan meningkatkan
masukan cairan dan serta dalam
diet serta latihan teratur.
1) Memvalidasi tingkat
pemahaman saat ini
mengidentifikasi kebutuhan
belajar dan memberiakan dasar
pengobatan dimana klien
membuat keputusan
berdasarkan informasi.
2) Membantu identifiokasi ide
,sikap, rasa takut, kesalahan
konsepsi, dan kesenjanagan
pengetahaun tentang kanker.
3) Membantu penilaian diagnose
kanker, memberikan informasi
yang diperlukan selama waktu
menyerapnya.
4) Meningkatkan kemampuan
untuk mengatur perwatan diri
dan menghindari potensial,
komplikasi, reaksi/interaksi
obat.
5) Meningkatkan kesejateraan,
memudahkan pemulihan dan
memumgkinkan klien
mentoleransi pengobatan.
6) Meperbaiki konsistensi feces
dan merangsang peristaltic.Post operasi
a. Resiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan berhubungan dengan tindakan
pembedahan.
Tujuan : Mempertahankan volume cairan adekuat denga membrane mukosa
lembab, turgor kulit dan pengisian kapiler baik tanda vital stabil dan
haluaran urien adekuat.
Intervensi Rasional
1. Pantau tanda-tanda vital dengan
sering. Periksa balutan luka
dengan sering selama 24 jam
pertama terhadap tanda-tanda
darah merah terang dan
berlebihan.
2. Palpasi nadi periver. Evaluasi
pengisian kapiler turgor kulit, dan
status membrane mukosa.
3. Perhatikan adanya edema.
4. Pantau masukan dan haluaran.
5. Pantau suhu tubuh.
1. Tanda-tanda awal hemoragi usus dan
pembentukan hematoma yang dapat
menyebabkan syok hepovelemik.
2. Memberikan informasi tentang
volume sirkulasi umum dan tingkat
hidrasi.
3. Edema dapat terjadi Karena
perpindahan cairan berkenaan
dengan penurunan kadar albumin
(protein).
4. Indikator langsung dari hidrasi organ
dan fungsi. Memberikan pedoman
untuk  penggantian cairan.
5. Demam rendah umum selama 24-48
jam pertama dan dapat menambah
kehilangan cairan.  b. Nyeri berhubungan dengan terputusnya kontinuitas jaringan akibat tindakan operasi.
Tujuan : Nyeri dapat berkurang
Kriteria   : Klien mengungkapkan nyeri berkurang dan  ekspresi wajah normal.
Intervensi Rasional
1. Kaji karakteristik nyeri.
2. Ukur tanda-tanda vital.
3. Ajarkan tehnik relaksasi.
4. Ajarkan nafas dalam dan batuk
yang efektif.
5. Penatalaksanaan pemberian obat
analgetik.
1. Mengetahui tingkat nyeri yang
dirasakan oleh klien sebagai acuan
untuk intervensi selanjutnya.
2. Mengetahui kemajuan atau
penyimpangan dari hasil yang
diharapkan.
3. Untuk merelaksasi otot sehingga
mengurangi rasa nyeri.
4. Dengan nafas dalam dan batuk yang
efektif dapat mengurangi tekanan darah
pada abdomen yang dapat
menimbulkan rangsangan nyeri.
5. Obat analgetik dapat mengurangi atau
menghilangkan rasa nyeri.c. Resiko infeksi berhubungan dengan adanya luka operasi.
Tujuan :  Resiko infeksi tidak terjadi.
Kriteria : Luka sembuh dengan baik, verband tidak basah dan tidak           ada tandatanda infeksi (kalor, dolor, rubor, tumor).
Intervensi Rasional
1. Kaji tanda-tanda infeksi dan vital
sign.
2. Gunakan tehnik septik dan
antiseptik.
3. Ganti verband.
4. Berikan penyuluhan tentang cara
pencegahan infeksi.
5. Penatalaksanaan pemberian obat
antibiotik.
1. Mengetahui tanda-tanda infeksi dan
menentukan intervensi selanjutnya.
2. Dapat mencegah terjadinya kontaminasi
dengan kuman penyebab infeksi.
3. Verban yang basah dan kotor dapat
menjadi tempat berkembang biaknya
kuman penyebab infeksi.
4. Memberikan pengertian kepada klien
agar dapat mengetahui tentang
perawatan luka.
5. Obat antibiotik dapat membunuh kuman
penyebab infeksi.
d. Gangguan pemenuhan nutrisi berhubungan dengan intake yang tidak adekuat.
Tujuan : Nutrisi klien dapat terpenuhi.
Kriteria : Klien mengungkapkan nafsu makan baik, badan tidak lemah, dan HB
normal.
Intervensi Rasional
1. Kaji intake dan out put klien.
2. Timbang berat badan sesuai indikasi.
3. Identifikasi kesukaan/ketidak sukaan
diet dari pasien. Anjurkan pilihan
1. Untuk mengetahui kebutuhan nutrisi
dan merupakan asupan dalam tindakan
selanjutnya.
2. Mengidentifikasi status cairan serta
memastikan kebutuhan metabolic.
3. Meningkatkan kerja sama pasien
dengan aturan diet. Protein/ vitamin C makanan tinggi protein dan vitamin
C.
4. Berikan cairan IV.
5. Beriakan obat-obat sesuai indikasi.
adalah contributor utama unatuka
pemeliharaan jaringan dan perbaikan.
4. Memperbaiki keseimbangan cairan
elektrolit. Kehilangan plasma;
penurunan albumin serum (edema) dan
dapat memperpanjang penyembuhan
luka.
5. Mencegah muntah dan menetralkan
atau menurunkan prmbentukan asam
untuk mencegah erosi mukosa.
e. Kerusakan intregitas kulit/jaringan berhubungan dengan insisi bedah.
Tujuan  : Mencapai pemulihan kluka tepat waktu tanpa komplikasi.
Intervensi Rasional
1. Pantau tanda-tanda vital  perhatikan
demam,  periksa luka dengan sering
terhadap bengkak insisi berlebihan
2. Bebat insisi selama batuk dan
latihan napas. Berikan pengikat atau
penyokon untuk pasien gemuk bila
di indikasikan
3. Gunakan plester kertas untuk
balutan sesuai indikasi.
Tinjau ulang nilai laboratorium terhadap
anemia dan penurunan albumin serum.
1. Pembentukan hematoma/terjadinya
infeksi, yang menunjang lambatnya
pemulihan luka dan meningkatklan
resiko pemisahan luka.
2. Meminimalkan stress/tegangan pada
tepi luka yang sembuh. Jaringan
lemak sulit menyatu, dan garis jahitan
lebih mudah terganggu.
3. Pengantian balutan sering dapat
mengakibatkan kerusakan kulit karena
perlekatan yang kuat.
4. Anemia dan pembentukan edema
dapat memenuhi pemulihan.
(Marlyn E. Doenges 2000)4. Implementasi
Implementasi  disesuaikan dengan intervensi yang tercantum pada rencana
keperawatan yang menetapkan waktu dan respon klien.
5. Evaluasi
Evaluasi adalah bagian terakhir dari proses keperawatan semua tahap proses
keperawatan harus dievaluasi.
Hasil asuhan keperawatan dengan sesuai dengan tujuan yang telah di tetapkan.
Evaluasi ini didasarkan pada hasil yang di harapkan atau perubahan yang terjadi
pada klien. Adapun sasaran evaluasi pada klien dengan tumor abdomen :
Hasil pre operatif :
a)  Klien dapat menunjukan perubahan perilaku yang diharapkan dalam pernyataan
tujuan.
b) Rasa nyeri yang dirasakan klien hilang
Hasil post operatif :
a) Tidak terjadi kekurangan volume cairan
b) Tidak terdapat rasa nyeri
c) Tidak terdapat tanda-tanda infeksi.
d) Nuirisi terpenuhi.
e) Tidak terdapat gangguan integritas












DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, Lynda Juall. 1995. Diagnosa keperawatan Aplikasi pada Praktek Klinik Edisi 6.
Jakarta :  EGC.
Ganong, F. William. 1998.Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 17. Jakarta : EGC.
Marrilyn, E. Doengus. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman Untuk Perencanaan
dan Pendokumentasian Perawatan Pasien, Edisi 3. Jakarta : EGC.
Smelster, Suzanne C. 2001. Keperawatan Medikal Bedah, Edisi 8, Vol. 2. Jakarta : EGC.