Minggu, 01 Desember 2013

Chenkyuu ANEMIA PADA KEHAMILAN


ANEMIA DALAM KEHAMILAN

A.      Definisi
Anemia adalah penurunan jumlah sel darah merah atau penurunan konsentrasi hemoglobin di dalam sirkulasi darah
Definisi anemia yang diterima secara umum adalah kadar Hb kurang dari 12,0 gram per 100 mililiter (12 gram/desiliter) untuk wanita tidak hamil dan kurang dari 10,0 gram per 100 mililiter (10 gram/desiliter) untuk wanita hamil. (Varney, 2007)
B.       Etiologi
Menurut Mochtar (1998), disebutkan bahwa penyebab terjadinya anemia adalah
    Kurang Gizi (Mal Nutrisi)
Disebabkan karena kurang nutrisi kemungkinan menderita anemia.
    Kurang Zat Besi dalam diet
Diet berpantang telur, daging, hati atau ikan dapat membuka kemungkinan menderita anemia karena diet
    Mal Absorbsi
Penderita gangguan penyerapan zat besi dalam usus dapat menderita anemia. Bisa terjadi karena gangguan pencernaan atau dikonsumsinya substansi penghambat seperti kopi, teh atau serat makanan tertentu tanpa asupan zat besi yang cukup.
    Kehilangan banyak darah
Semakin sering seorang anemia mengalami kehamilan dan melahirkan akan semakin banyak kehilangan zat besi dan akan menjadi anemia. Jika cadangan zat besi minimal, maka setiap kehamian akan menguras persediaan zat besi tubuh dan akan menimbulkan anemia pada kehamilan berikutnya.
    Penyakit-Penyakit Kronis
Penyakit-penyakit kronis seperti : TBC Paru, Cacing usus, dan Malaria dapat menyebabkan anemia.
    Etiologi Etiologi anemia pada kehamilan, yaitu: a. Hipervolemia, menyebabkan terjadinya pengenceran darah. b. Pertambahan darah tidak sebanding dengan pertambahan plasma. c. Kurangnya asupan zat besi dalam makanan. d. Kebutuhan zat besi meningkat untuk pertumbuhan janin. e. Gangguan pencernaan dan absorbsi.

C.      Patofisiologi
Selama kehamilan terjadi peningkatan volume darah (hypervolemia). Hypervolemia merupakan  hasil dari peningkatan volume plasma dan eritrosit (sel darah merah) yang berada dalam tubuh tetapi peningkatan ini tidak seimbang yaitu volume plasma peningkatannya jauh lebih besar sehingga memberi efek yaitu konsentrasi hemoglobin berkurang dari 12 g/100 ml. (Sarwono,2002 hal 450-451).
Pengenceran darah (hemodilusi) pada ibu hamil sering terjadi dengan peningkatan volume plasma 30%-40%, peningkatan sel darah 18%-30% dan hemoglobin 19%. Secara fisiologis hemodilusi untuk membantu meringankan kerja jantung.

Pengenceran darah dianggap penyesuaian diri secara fisiologi dalam kehamilan dan bermanfaat bagi wanita, pertama pengenceran dapat meringankan beban jantung yang harus bekerja lebih berat dalam masa kehamilan, karena sebagai akibat hidremia cardiac output untuk meningkatkan kerja jantung lebih ringan apabila viskositas rendah. Resistensi perifer berkurang, sehingga tekanan darah tidak naik, kedua perdarahan waktu persalinan, banyaknya unsur besi yang hilang lebih sedikit dibandingkan dengan apabila darah ibu tetap kental. Tetapi pengenceran darah yang tidak diikuti pembentukan sel darah merah yang seimbang dapat menyebabkan anemia.
Bila hemoglobin ibu sebelum hamil berkisar 11 gr% maka dengan terjadinya hemodilusi akan mengakibatkan anemia hamil fisiologis dan Hb ibu akan menjadi 9,5-10 gr%.
Bertambahnya volume darah dalam kehamilan dimulai sejak kehamilan 10 minggu dan mencapai puncaknya dalam kehamilan 32 dan 36 minggu (Setiawan Y, 2006).

D.      Tanda dan Gejala
    Peningkatan kecepatan denyut jantung karena tubuh berusaha memberi oksigen lebih banyak ke jaringan.
    Peningkatan kecepatan pernafasan karena tubuh berusaha menyediakan lebih banyak oksigen pada darah
    Pusing akibat kurangnya darah ke otak
    Rasa cepat lelah karena meningkatnya oksigenasi berbagai organ termasuk otot - otot jantung dan rangka.
    Kulit pucat karena berkurangnya oksigenasi
    Mual akibat penurunan aliran darah saluran cerna dan susunan saraf pusat (Wasnidar, 2007).

E.       Klasifikasi
Pembagian anemia berdasarkan pemeriksaan hemoglobin menurut Manuaba (2007), adalah :
1.    Tidak anemia     : Hb 11,00 gr%
2.    Anemia ringan     : Hb 9,00-10,00 gr%
3.    Anemia sedang     : Hb 7,00-8,00 gr%
4.    Anemia berat     : Hb < 7,00 gr%

Menurut Setiawan Y (2006), anemia dalam kehamilan dapat dibagi menjadi :
1.    Anemia Zat Besi
Anemia dalam kehamilan yang paling sering ialah anemia akibat kekurangan zat besi. Kekurangan ini disebabkan karena kurang masuknya unsur zat besi dalam makanan, gangguan reabsorbsi, dan penggunaan terlalu banyaknya zat besi.
2.    Anemia Megaloblastik/ Anemia pernisiosa
Anemia megaloblastik dalam kehamilan disebabkan karena defisiensi asam folat.
3.    Anemia Hipoplastik
Anemia pada wanita hamil yang disebabkan karena sumsum tulang kurang mampu membuat sel-sel darah merah. Dimana etiologinya belum diketahui dengan pasti kecuali sepsis, sinar rontgen, racun dan obat-obatan.
4.    Anemia Hemolitik
Anemia yang disebabkan karena penghancuran sel darah merah berlangsung lebih cepat, yaitu penyakit malaria.
F.       Komplikasi
Bahaya anemia pada kehamilan menurut Manuaba 2007 dapat digolongkan menjadi :
1.    Pengaruh anemia terhadap kehamilan
a.    Bahaya selama kehamilan
•      Dapat terjadi abortus
•      Persalinan prematur
•      Hambatan tumbuh kembang janin dalam rahim.
•      Mudah terjadi infeksi
•      Ancaman dekompensasi kordis (Hb<6gr%)
•      Mola hidatidosa
•      Hiperemesis gravidarum
•      Perdarahan antepartum
•      Ketuban pecah dini (KPD)

b.    Bahaya saat persalinan
•      Gangguan his-kekuatan mengejan
•      Kala pertama dapat berlangsung lama dan terjadi partus terlantar.
•      Kala dua berlangsung lama sehingga dapat melelahkan dan sering memerlukan tindakan operasi kebidanan
•      Kala tiga dapat diikuti retensio plasenta, dan perdarahan post partum akibat atonia uteri.
•      Kala empat dapat terjadi perdarahan post partum sekunder dan atonia uteri.
c.    Pada masa nifas
•      Terjadi subinvolusi uteri yang menimbulkan perdarahan post partum.
•      Memudahkan infeksi puerpurium.
•      Pengeluaran ASI berkurang.
•      Dekompensasi kordis mendadak setelah persalinan.
•      Anemia kala nifas
•      Mudah terjadi infeksi mammae.

2.    Bahaya terhadap janin
Sekalipun tampaknya janin mampu menyerap berbagai nutrisi dari ibunya, dengan adanya anemia kemampuan metabolisme tubuh akan berkurang sehingga pertumbuhan dan perkembangan janin dalam rahim akan terganggu. Akibat anemia pada janin antara lain adalah:
a.    Abortus
b.    Kematian intrauteri
c.    Persalinan prematuritas tinggi
d.   Berat badan lahir rendah
e.    Kelahiran dengan anemia
f.     Dapat terjadi cacat bawaan



G.      Penanganan
Menurut Setiawan Y (2006), dijelaskan bahwa pencegahan dan terapi anemia pada kehamilan berdasarkan klasifikasi anemia adalah sebagai berikut:
1.    Anemia Zat Besi Bagi Wanita Hamil
Saat hamil zat besi dibutuhkan lebih banyak daripada saat tidak hamil. Pada kehamilan memerlukan tambahan zat besi untuk meningkatkan jumlah sel darah merah dan membentuk sel darah merah janin dan plasenta, kebutuhan zat besi pada setiap trimester berbeda. Terutama pada trimester kedua dan ketiga wanita hamil memerlukan zat besi dalam jumlah banyak, oleh karena itu pada trimester kedua dan ketiga harus mendapatkan tambahan zat besi. Oleh karena itu pencegahan anemia terutama di daerah-daerah dengan frekuensi kehamilan yang tinggi sebaiknya wanita hamil diberi sulfas ferrossus atau glukonas ferrosus, cukup 1 tablet sehari, selain itu wanita dinasihatkan pula untuk makan lebih banyak protein dan sayur-sayuran yang banyak mengandung mineral serta vitamin.
Terapinya adalah
    Oral (pemberian ferro sulfat 60 mg / hari menaikkan kadar Hb 1,00 gr% dan kombinasi 60 mg besi + 500 mcg asam folat) dan
    parenteral (pemberian ferrum dextran sebanyak 1000 mg (20 ml) intravena atau 2 x 50 ml gr diberikan secara intramuskular pada gluteus maksimus dapat meningkatkan Hb relatif lebih cepat yaitu 2,00 gr% (dalam waktu 24 jam).
    Pemberian parentral zat besi mempunyai indikasi kepada ibu hamil yang terkena anemia berat). Sebelum pemberian rencana parenteral harus dilakukan test alergi sebanyak 0,50 cc / IC.
2.    Anemia Megaloblastik
Pencegahannya adalah apabila pemberian zat besi tidak berhasil maka ditambah dengan asam folat, adapun terapinya adalah asam folat 15-30 mg/hari, vitamin B12 1,25 mg/hari, sulfas ferrosus 500 mg/hari, pada kasus berat dan pengobatan per oral lambat sehingga dapat diberikan transfusi darah.
3.    Anemia Hipoplastik
Anemia hipoplastik ini dianggap komplikasi kehamilan dimana pengobatan adalah tranfusi darah.
4.    Anemia Hemolitik
Pengobatan adalah tranfusi darah.
5.    Anemia Lain
Dengan pemeriksaan darah dilakukan minimal dua kali selama kehamilan yaitu pada trimester I dan III. Dengan pertimbangan bahwa sebagian besar ibu hamil mengalami anemia, maka dilakukan pemberian tablet besi sebanyak 90 tablet pada ibu hamil di Puskesmas, artinya ibu hamil setiap hari mengkonsumsi 1 tablet besi.



ASUHAN KEPERAWATAN ANEMIA PADA IBU HAMIL
1.    Pengkajian
Identifikasi klien : nama klien, jenis kelamin, status perkawinan, agama, suku / bangsa, pendidikan, pekerjaan, dan alamat. -Identitas penanggung.-Keluhan utama dan riwayat kesehatan masa lalu.-Keluhan utama : pada keluhan utama akan nampak semua apa yang dirasakan klien pada saat itu seperti kelemahan, nafsu makan menurun dan pucat.-Riwayat kesehatan masa lalu : riwayat kesehatan masa lalu akan memberikan informasi kesehatan ataupenyakit masa lalu yang pernah diderita.-Pemerisaan fisik
    Aktivitas / istirahat
Gejala : Keletihan / kelemahan terus-menerus sepanjang hari, ebutuhan tidur lebih besar dan istirahat.
Tanda : Gangguan gaya berjalan.
    Sirkulasi
Gejala : Palpitasi atau nyeri.
Tanda : Tekanan darah menurun, nadi lemah, pernafasan lambat, warna kulit pucat atau sianosis, konjungtiva pucat.
    Eliminasi
Gejala : Sering berkemih, nokturia (berkemih malam hari).
    Integritas ego
Gejala : Kuatir, takut.
Tanda : Ansietas, gelisah.
    Makanan / cairan
Gejala : Nafsu makan menurun.
Tanda : Penurunan berat badan, turgor kulit buruk dengan bekas gigitan, tampak kulit dan membran mukosa kering.
    Hygiene
Gejala : Keletihan / kelemahan
Tanda : Penampilan tidak rapi.
    Neurosensori
Gejala : Sakit kepala / pusing, gangguan penglihatan.
Tanda : Kelemahan otot, penurunan kekuatan otot.
    Pernafasan
Gejala : Dispnea saat bekerja.
Tanda : Mengi
    Keamanan
Gejala : Riwayat transfusi.
Tanda : Demam ringan, gangguan penglihatan.

Diagnosa Dan Rencana  asuhan keperawatan

1)      Dx 1 : Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual, muntah.
Tujuan : setelah dilakukan asuhan keperawatan selama ....x.... jam diharapkan kebutuhan nutrisi klien terpenuhi dengan kriteria hasil:
-          Berat badan klien dalam batas normal.
-          Klien tidak mengalami mual-muntah
-          Klien tidak menunjukkan penurunan nafsu makan
 Intervensi Mandiri
1.    Tentukan keadekuatan kebiasaan asupan mutrisi dulu/sekarang dengan menggunakan batasan 24 ja. Perhatikan kondisi rambut kuku dan kulit.
R/: kesejahteraan janin dan ibu tergantung pada nutrisi ibu selama kehamilan sebagaimana selama 2 tahun sebelum kehamilan.
2.    Berikan informasi tertulis/verbal yang tepat tentang diet pranatal dan suplemen vitamin/zat besi setiap hari.
R/: materi referensi yang dapat dipelajari dirumah kemudian meningkatkan kemungkinan klien memilih diet seimbang.
 Kolaborasi
3.    Buat rujukan yang perlu sesuai indikasi (misalnya, pada ahli diet, pelayanan sosial)
R/: mungkin diperlukan bantuan tambahan terhadap pilihan nutrisi; dapat membatasi anggaran keuangan.
4.    Rujuk pada program makanan wanita, bayi, anak-anak dengan tepat.
R/: yayasan penyelenggara program makanan suplemen membantu meningkatkan secara optimal nutrisi ibu/janin.

2)      Dx 2  :  Gangguan perfungsi jaringan berhubungan dengan penurunan suplai oksigen ke jaringan/ke sel
Tujuan : Setelah diberikan asuhan keperawatan selama ...x24 jam,perfusi ke jaringan/ke sel efektif dengan kriteria hasil :
-       Tidak terdapat perubahan karakteristik kulit (rambut, kuku, kelembaban)
-       Tidak terdapat kebiruan pada kulit
-       CRT dalam batas normal (kembali dalam kurun waktu kurang dari 2 detik)
Intervensi Mandiri
1.    Perhatikan status fisiologis ibu, status sirkulasi dan volume darah.
R/: kejadian perdarahan potensial merusak hasil kehamilan, kemungkinan menyebabkan hipovolemia atau hipoksia uteroplasenta.
2.     Lakukan pemeriksaan fisik CRT dengan menekan kuku pasien.
R/: keadaan capillary refill test yang tidak kembali dalam waktu kurang dari 2 dapat menandakan anemia.
Kolaborasi
3.    Berikan suplemen oksigen pada klien
R/: meningkatkan ketersediaan oksigen untuk ambilan janin.sehingga kapasitas oksigen yang dibawa janjin meningkat.
4.    Ganti kehilangan darah/ cairan ibu.
R/: mempertahankan volume sirkulasi yang adekuat untuk transport oksigen. Bila penyimpanan oksigen menetap, janin kehabisan tenaga untuk melakukan mekanisme koping, dan kemungkinan SSP rusak / janin meninggal.



3)      Dx 3 : Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara kebutuhan dan suplai oksigen.
Tujuan : Setelah diberikan asuhan keperawatan selama ...x24 jam diharapkan pasien dapat beraktivitas dengan baik.
Kriteria hasil :
-       Nadi dan tekanan darah dalam batas normal (nadi 60-100x/menit; TD 90/60-140/90 mmHg)
-       Pasien tidak mengeluh lemah dan lelah
Intervensi : Mandiri
1.    Jelaskan alasan perlunya tirah baring, penggunaan posisi rekumben lateral kiri/miring, dan penurunan aktivitas.
R : Tindakan ini ditujukan untuk mempertahankan janin jauh dari serviks dan meningkatkan perfusi uterus. Tirah baring dapat menurunkan peka rangsang uterus.
2.    Berikan tindakan kenyamanan seperti gosokan punggung, perubahan posisi, atau penurunan stimulus dalam ruangan (mis. Lampu redup)
R : Menurunkan tegangan otot dan kelelahan serta meningkatkan rasa nyaman.
3.    Berikan latihan gerak pada pasien secara bertahap (aktif dan pasif).
R. aktivitas dan latihan sangat penting bagi pasien yang mengalami intoleransi aktivitas karena
                   kurang latihan akan menyebabkan otot menjadi atrofi.
Intervensi Mandiri
4.    Perhatikan kondisi ibu yang berdampak pada sirkulasi janin.
R: Faktor yang mempengaruhi atau menurunkan sirkulasi/oksigenasi ibu mempunyai dampak yang sama pada kadar oksigen janin/plasenta. Janin yang tidak mendapatkan cukup oksigen untuk kebutuhan metabolisme anaerob yang menghasilkan asam laktat yang menimbulkan kondisi asidosis.
5.    Ajari ibu untuk mengobservasi gerakan janin
R: secara normalnya dalam kandungan janin bergerak dan merupakan tanda yang sehat pada janin. Jika janin tidak bergerak perlu diwaspai terjadi cedera pada janin akibat kekurangan nutrisi.
6.     Kaji terhadap mual/muntah berlebihan.
R: Memajankan perkembangan janin pada status asidotik dan malnutrisi dan dapat memperberat IUGR dan pertumbuhan otak yang buruk.
Evaluasi

1.      Kebutuhan nutrisi klien terpenuhi dengan tidak adanya mual muntah
2.      Tidak terdapat perubahan karakteristik pada kulit(rambut, kuku,dan kelembapan)
3.      Pasien dapat beraktivitas dengan baik dengan tidak mengeluh lemah dan lelah
4.      Tidak adanya risiko cedera pada janin dengan tinggi fundus sesuai kehamilan
5.      Pengetahuan pasien mengenai anemia menjadi adekuat dengan mengikuti tindakan dan prosedur perawatan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar